Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Hari Sumpah Pemuda, Dirut Pertamina: Pemuda Penentu Sejarah Energi Masa Depan
Advertisement . Scroll to see content

Pertamina Heran Kenaikan BBM Non-Subsidi Dikritik

Selasa, 27 Februari 2018 - 15:59:00 WIB
Pertamina Heran Kenaikan BBM Non-Subsidi Dikritik
Ilustrasi (Foto: Okezone.com)
Advertisement . Scroll to see content

KUPANG, iNews.id - PT Pertamina (Persero) mengaku heran dengan munculnya berbagai kritikan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi terutama Pertamax yang baru-baru ini naik Rp300 dari Rp8.600 per liter menjadi Rp8.900 per liter.

"Sebenarnya kenaikan harga Pertamax ini sudah menjadi hal yang biasa terjadi, karena memang kenaikannya disesuikan dengan harga minyak dunia saat ini," kata Branch Marketing Manager PT Pertamina Nusa Tenggara Timur, Mardian di Kupang, Selasa (27/2/2018).

Menurut Mardian, kenaikan harga BBM non-subsidi seharusnya tak perlu dibesar-besarkan. Pasalnya, kata dia, hal ini tak merugikan masyarakat kecil karena mereka tidak mengonsumsi BBM non-subsidi.

Ia mengaku heran pascakenaikan BBM jenis Pertamax dan BBM lainnya yang non subsidi banyak beredar meme-meme serta kritikan yang ditujukan baik kepada pemerintah maupun Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Saya heran mengapa dalam beberapa hari terakhir ini muncul berbagai macam kritik soal kenaikan harga Pertamax, Dexlite serta BBM non subsidi kecuali Pertalite," ujarnya.

Sebenarnya kenaikan harga BBM non subsidi ini sudah sering terjadi, bahkan hampir setiap pekan mengalami kenaikan kemudian turun lagi harganya. Menurut dia, pergerakan harga BBM non-subsidi memang tidak diatur pemerintah, tapi mengikuti harga minyak dunia.

Direktur Eksektutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa di sebelummnya mengatakan, harga BBM non-subsidi memang seharusnya naik karena dipengaruhi cadangan minyak di pasar dunia yang semakin menipis.

Ia mengatakan bahwa Organisasi Negara-Negara Eksportir Minyak Bumi (OPEC) yang dikomandoi Arab Saudi dan Rusia sepakat memotong pasokannya sebesar 1,8 juta barel per hari di negara-negara produsen minyak. OPEC telah sepakat memangkas produksi minyak hingga akhir 2018, sehingga harga minyak di seluruh dunia ikut terpengaruh dengan kesepakatan tersebut.

Sementara itu, warga pengguna BBM jenis Pertamax di Kota Kupang mengaku tak mengetahui adanya kenaikan harga Pertamax sejak Sabtu (24/2/2018) lalu.

"Oya? memangnya sudah naik ya...saya justru tak mengetahui bahwa ada kenaikan harga pada Pertamax," kata Jimmy saat ditemui di SPBU Alak, Kota Kupang, Selasa.

Jimmy mengaku bahwa selama ini menggunakan BBM jenis Pertamax untuk kendaraan roda duanya. "Harganya memang di atas Premium dan Pertalite namun lebih aman untuk mesin," katanya.

Ia juga memikirkan untuk beralih ke Pertalite, karena harganya stabil serta oktannya 90 yang kualitasnya berada di atas Premium," ujarnya.

Sementara itu Ansel yang juga menggunakan BBM jenis Pertamax untuk kendaraan roda empatnya mengaku bahwa seharusnya ada pemberitahuan baik dari pemerintah ataupun Pertamina soal kenaikan harga ini agar konsumen pengguna Pertamax tak kaget dengan kenaikan harga itu.

Ia mengaku dalam seminggu ia bisa mengeluarkan uang sebanyak Rp150 ribu hanya untuk mengisi Pertamax.

"Seharusnya kalau ada kenaikan seperti inikan bisa diumumkan atau disosialisasikan terlebih dahulu sebelumnya," ujarnya.

Ia mengaku sudah cocok menggunakan Pertamax, oleh karena itu tak berniat untuk menganti BBM tersebut ke harga yang lebih murah.

Kemudian Anton pria asal Oesapa mengaku tak mempermasalahakan kenaikan harga BBM jenis Pertamax itu, karena memang dirinya menggunakan Premium yang disubsidi pemerintah.

"Tidak apa-apa kalau Pertamax naik. Asalkan Premium jangan naik harganya," ujarnya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut