PLN IP dan Pertamina Geothermal Bentuk Konsorsium Garap 2 Pembangkit Listrik Panas Bumi
JAKARTA, iNews.id - Dua unit bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) resmi membentuk konsorsium baru. Entitas baru ini bakal menggodok proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Binary Unit dan PLTP Ulubelu Binary Unit.
Kemitraan PLN IP dengan PGE meliputi pengembangan PLTP Cogeneration (Binary Unit) di lokasi wilayah kerja panas bumi (WKP) milik PGE dengan potensi kapasitas mencapai 230 MW. Di lokasi tersebut, konsorsium PLN IP dan PGE akan membangun PLTP Ulubelu Binary Unit 30 MW dan PLTP Lahendong Binary Unit 15 MW.
"Proyek ini dalam rangka percepatan transisi energi dan mendukung kebijakan energi nasional dalam pencapaian National Determined Contribution (NDC) serta program Net Zero Emissions,” ujar Direktur Utama PLN IP Edwin Nugraha Putra dalam keterangan tertulis dikutip, Minggu (22/9/2024).
Adapun pengembangan panas bumi atau geothermal menjadi salah satu fokus pemerintah untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Dalam pengembangannya, dibutuhkan kolaborasi bersama antara pemerintah, BUMN maupun pihak swasta.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, potensi energi panas bumi di Tanah Air cukup melimpah, namun pengembangannya belum optimal.
Potensi geothermal Indonesia diperkirakan mencapai 40 persen dari potensi dunia. Kendati begitu, pemanfaatannya baru 11 persen.
“Kita harus segera membenahi proses perizinan yang memakan waktu hingga enam tahun agar investor dapat berkontribusi lebih cepat dalam menyediakan tambahan listrik hijau," kata Jokowi.
Kepala Negara menambahkan, saat ini PLN dan Pertamina harus aktif melakukan pengembangan energi panas bumi. Jokowi berharap ke depannya semakin banyak potensi panas bumi yang bisa dioptimalkan sekaligus untuk menjawab tantangan trilema energi.
Senada, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mencatat, energi panas bumi memiliki tren pertumbuhan yang cukup baik dalam 10 tahun terakhir, di mana kapasitasnya telah meningkat dua kali lipat.
"Energi panas bumi dapat menjadi salah satu instrumen penting untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional," kata Bahlil.
Editor: Aditya Pratama