Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Erick Thohir Ungkap Cabor Targetkan 120 Emas di SEA Games 2025, Lampaui Target Pemerintah
Advertisement . Scroll to see content

PLTU Suralaya Dimatikan tapi Tak Kurangi Polusi Udara, Ini Kata Erick Thohir

Jumat, 01 September 2023 - 09:45:00 WIB
PLTU Suralaya Dimatikan tapi Tak Kurangi Polusi Udara, Ini Kata Erick Thohir
PLTU Suralaya milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN. (Foto: istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, angkat bicara mengenai dorongan banyak kalangan agar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dimatikan guna mengatasi polusi udara.

Menurut dia, data terakhir menunjukkan penghentian operasional sejumlah PLTU tak mengurangi polusi udara. Buktinya, operasional PLTU Suralaya unite -4 sudah dimatikan, tetapi tidak berdampak signifikan mengurangi polusi udara.

"Okelah, PLTU disalahkan (penyebab polusi udara). Kita matikan Suralaya 1,2,3,4, tetapi apa? Data terakhir tidak menunjukkan tidak mengurangi polusi ternyata. Tapi, tetap kita matikan, karena ini komitmen sama-sama kita menekan polusi," ujar Erick, saat rapat kerja bersama Komisi VI DPR, dikutip Jumat (1/9/2023). 

Menurut dia, memberhentikan operasional PLTU di pulau Jawa dalam jangka pendek dan menengah bukan menjadi solusi. Hal itu, justru akan menimbulkan masalah pada pasokan listrik.

Penghentian operasiolan PLTU yang menggunakan batu bara harus dilakukan bertahap, tidak dimatikan begitu saja. Pasalnya, harus dicari solusi untuk menambal pasokan listrik yang hilang. 

"Tentu kita mendorong green economy, tadi kita memastikan ketika pembangkit-pembangkit di Jawa dimatikan, tapi kita mendukung, kita harus bersepakat juga solusi listriknya dari mana?," ungkap Erick Thohir. 

Penanganan polusi, lanjut Erick, harus didasarkan pada peta jalan atau blueprint. Pasalnya, Indonesia membutuhkan waktu jangka panjang untuk menyelesaikan persoalan itu. 

Dia mencontohkan, otoritas China dan Brazil membutuhkan waktu 6-10 tahun untuk mengatasi polusi udara di Beijing dan San Paulo. Panjang waktu tersebut pun perlukan pemerintah Indonesia agar bisa menangani polusi di Jakarta. 

"Kita ingin ada percepatan, karena Beijing perlu 6 tahun, San Paulo butuh 10 tahun. Jadi Jakarta tidak mungkin juga 3 bulan ini diselesaikan masalah polusi. polusi ini harus kita lawan bersama-sama, harus ada bener blue print yang menyeluruh untuk menyelesaikan ini sama-sama," tutur Erick. 

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut