Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Polemik Whoosh, Eks Penyidik KPK: Dugaan Pemufakatan Jahat Sulit Diusut jika China Tak Berkenan
Advertisement . Scroll to see content

PMN KAI Cair Akhir 2022, Bakal Dipakai untuk Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Senin, 02 Januari 2023 - 17:31:00 WIB
PMN KAI Cair Akhir 2022, Bakal Dipakai untuk Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
PMN KAI cair akhir 2022, dipakai untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menerima suntikan dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp3,2 triliun pada 31 Desember 2022. Dana tersebut akan digunakan untuk menggarap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).  

''Dana ini akan dialokasikan sebagai tambahan setoran modal kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI),'' kata Executive Vice President Corporate Secretary PT KAI, Asdo Artriviyanto, dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/1/2023). 

Dia menjelaskan, PMN kepada PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (porsi equity Konsorsium BUMN Indonesia) dilakukan sebagai  pemenuhan cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) pada PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Pengajuan PMN tersebut telah disetujui DPR untuk menyelesaikan proyek KCJB. Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo mengatakan, jika PMN cair pada Desember 2022, maka megaproyek tersebut bisa rampung sesuai target pertengahan tahun ini. 

"Kalau PMN diberikan maksimal di Desember (2022), kami bisa yakinkan tidak ada penambahan cost overrun lagi. Dan proyek akan selesai pada pertengahan tahun 2023," kata Didiek dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (9/11/2022). 

Sementara itu, berdasarkan perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), pembengkakan biaya atau cost overrun proyek KCJB sebsar 1,44 miliar dolar AS atau setara Rp21,7 triliun. Pembengkakan biaya disebabkan sejumlah faktor, mulai dari pengadaan lahan, kondisi geologi yang cukup ekstrem, pandemi Covid-19, penggunaan frekuensi GSM-R, hingga instalasi listrik. 

Adapun, skema pembayaran untuk menutup biaya bengkak dilakukan dengan skema 75 persen atau Rp16 triliun dari pinjaman China Development Bank (CDB) dan ekuitas 25 persen yang berasal dari konsorsium Indonesia mencapai 60 persen, dengan tambahan PMN Rp3,2 triliun, sedangkan konsorsium China 40 persen atau senilai Rp2,14 triliun.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut