Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Tak Ingin Ada Larangan Total, Pedagang Thrifting Ajukan Usulan Kuota Impor: Kita Siap Bayar Pajak 1.000 Persen
Advertisement . Scroll to see content

Produk UMKM Sulit Menembus Pasar Ekspor, Ini Masalahnya

Rabu, 17 Februari 2021 - 14:26:00 WIB
Produk UMKM Sulit Menembus Pasar Ekspor, Ini Masalahnya
Menteri Koperasi & UKM, Teten Masduki. (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Banyak produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia potensial untuk diekspor karena tingginya permintaan. Namun, produk-produk itu kesulitan menembus pasar global.

"Di UMKM banyak produk potensial untuk diekspor. Catatan kami ada yang berasal dari produk pertanian, perikanan, furnitur atau home decor, produk herbal, busana muslim yang potensial untuk dikembangkan. Selain itu juga dari buah-buahan tropis segar banyak sekali permintaannya," kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki secara virtual, Rabu (17/2/2021).

Namun, Teten mengakui tak mudah bagi produk UMKM untuk masuk pasar luar negeri. Secara umum, kata dia, pelaku UMKM terkendala minimnya informasi pasar, dokumen persyaratan, kualitas produk yang tidak konsisten, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang tidak murah, hingga kendala logistik.

Dia mencontohkan, produk pisang yang membutuhkan banyak perizinan sebelum diekspor.

"Untuk satu pisang saja itu butuh 21 sertifikat untuk masuk pasar Eropa dan Amerika. Saya tanya sertifikatnya apa? Ya sebenarnya untuk mempersulit ekspor saja, bukan berkaitan dengan kualitas dan sebagainya," katanya.

Oleh karena itu, Teten menilai, semua pihak harus berkolaborasi memberikan pendampingan kepada pelaku UMKM, sehingga mereka memahami bagaimana masuk pasar ekspor.

"Kami akan fokus menyiapkan kapasitas dan daya saing produk UMKM. Kami akan fokus mendampingi UMKM hingga mampu naik kelas," katanya.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani menilai, sektor UMKM sebenarnya menyerap tenaga kerja terbesar, namun kontribusi ekspornya secara nasional berada di kisaran 15-16 persen saja.  Padahal rata-rata negara APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) mencapai 35 persen.

"UMKM kita memang terdampak paling besar di tengah pandemi Covid-19 ini. Tapi dengan banyaknya stimulus kebijakan dari pemerintah maka diharapkan UMKM bisa bertahan dan berkembang dari sisi teknologi dan daya saing sehingga ini memberikan dampak positif bagi kita semua," katanya.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut