Proyeksi 2018, Harga Emas Terus Berkilau?
CHICAGO, iNews.id - Meski suku bunga acuan Amerika Serikat(AS) naik, pasar saham global reli, dan harga Bitcoin terus meningkat, ternyata logam mulia emas tetap mencatatkan kinerja yang positif. Harga emas terpantau telah naik lebih dari 9 persen secara year on year (yoy).
Mengutip Xinhua, Senin (18/12/2017), sebuah laporan baru-baru ini dirilis oleh World Gold Council (WGC) memperkirakan logam mulia tetap mengalami kenaikan harga di 2018.
Kontrak emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir pada 1257,50 dolar Amerika Serikat (AS) per ons pada Jumat pekan lalu, mencatat kenaikan 9,19 persen jika dibandingkan pada akhir 2016.
"Kinerja yang kuat (emas) sangat penting dalam setahun ketika AS telah menaikkan suku bunga dan ekuitas tetap mendukung," kata John Reade, ahli strategi pasar WGC.
Harga emas, yang dianggap sebagai tempat yang aman bagi investor, juga telah terdesak dari waktu ke waktu oleh faktor geopolitik, mulai dari ketegangan di Semenanjung Korea sampai Timur Tengah, hingga ketidakpastian Brexit terhadap serangan teror yang menargetkan kota-kota besar di Eropa. .
Sedangkan untuk prospek emas di tahun 2018, Reade mengatakan, kebijakan moneter akan terus menjadi pendorong signifikan terhadap permintaan logam mulia tersebut.
"Dengan inflasi yang masih terkendali di seluruh dunia, kita melihat pengetatan kebijakan moneter cenderung lunak," tuturnya.
Federal Reserve AS pekan lalu baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga ketiga dan terakhir pada 2017, dan mengisyaratkan tiga, bukan empat, dalam kebijakan suku bunga tahun depan. Pendekatan bertahap diinterpretasikan oleh pengamat pasar sebagai dovish, dan sampai tingkat tertentu mendukung harga emas.
Bank Sentral Eropa, Bank of England dan Swiss National Bank telah memilih untuk tidak mengikuti langkah mitra AS, sehingga suku bunga utama mereka tidak berubah.
Selain kebijakan moneter, analis melihat dua faktor lain yang berpotensi memengaruhi harga emas.
Pertama, ekuitas AS. Pasar bullish yang terus berlanjut di ekuitas AS, didorong oleh rencana pemotongan pajak Presiden Donald Trump, telah menunjukkan pergerakan ke atas.
Indeks Dow Jones Industrial Average telah naik lebih dari 4.800 poin tahun ini, membuat rekor baru secara bertahap.
Kenaikan tajam ekuitas AS telah mengurangi daya tarik emas di tahun 2017 dan jika tren itu berakhir, maka akan mendorong kembali permintaan emas.
Kedua, pergerakan dolar AS. "Jika di akhir 2017 pelemahan dolar AS berlanjut, emas bisa diuntungkan," kata Reade.
Pasar fisik yang menjadi pendorong tidak bisa diabaikan, karena dalam jangka panjang, pertumbuhan pendapatan bakal meningkatkan permintaan emas.
Editor: Ranto Rajagukguk