PTPN III Untung Rp1,4 Triliun, Erick Thohir: Jangan Dininabobokan
JAKARTA, iNews.id - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III membukukan keuntungan kuartal II 2021 sebesar Rp1,4 triliun. Sementara pendapatan perusahaan mencapai Rp21,3 triliun.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, PTPN III jangan 'dininabobokan' dengan capaian tersebut.
"Sekarang hal-hal ini jangan dininabobokan, kenapa? Ingat, PTPN berisi restrukturisasi utang Rp43 triliun," kata Erick saat launching brand Nusakita, Jakarta, Selasa (17/8/2021).
Pemegang saham sudah melakukan restrukturisasi keuangan Holding Perkebunan Nusantara. Upaya itu dilakukan dengan meyakinkan lebih dari 50 kreditur dari dalam maupun luar negeri untuk restrukturisasi pinjaman dengan total fasilitas kredit setara dengan Rp41 triliun.
Berkat inisiasi yang dilakukan Kementerian BUMN, kesepakatan restrukturisasi kredit berhasil disahkan dengan ditandatanganinya Intercreditor Agreement (ICA) dengan seluruh anggota kreditur sindikasi dolar AS dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Singapore selaku agen.
Penandatanganan perjanjian amandemen tersebut merupakan bentuk aksesi atas Perjanjian Perubahan Induk atau Master Amendment Agreement (MAA) Transformasi Keuangan PTPN Group yang sebelumnya telah ditandatangani oleh perseroan dengan para kreditur dalam negeri secara bertahap sejak 29 Januari hingga 15 Maret 2021.
Meski demikian, mantan Bos Inter Milan itu mengapresiasi kinerja manajemen. Pasalnya, perusahaan berhasil meningkatkan kinerjanya.
"Transformasi bisnis dari PTPN III sekarang sudah terjadi, terima kasih, saya melihat dari target profit yang tadinya minus 1,2 persen, di kuartal II ini bisa untung Rp1,4 triliun, peningkatan revenue sekarang di Rp21,3 triliun, yaitu dibatas target yang ditetapkan," ujar dia.
Selain melakukan langkah-langkah transformasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan ke depan, dia juga meminta PTPN III melakukan transformasi SDM. Ini supaya kinerjanya selalu stabil.
"Kenapa PTPN III ini selalu up and down? Dan akhirnya merusak sendi-sendi bisnis PTPN, merusak petani sekitar, merusak penduduk sekitar, dan merusak diri sendiri karena tidak diiringi dengan transformasi human capital," ucapnya.
Perjalanan PTPN III kurang lebih hampir 100 tahun lamanya dan kerap kali mengalami kondisi naik dan turun. Padahal, bisnis inti perusahaan pelat merah itu dinilai potensial.
Potensi tersebut didukung aset, logistik, hingga jangkauan pasar perusahaan. Selain itu, posisi perusahaan juga sejalan dengan sumber daya alam (SDA) Indonesia.
"Karena itu, saya sangat berpesan dari awal ketika bertemu dengan Pak Abdul Ghani, Pak Dirut, transformasi human capital menjadi kunci daripada PTPN Group karena secara aset, secara logistik, secara jangkauan, secara market ini sudah sangat menguntungkan," tutur Erick.
Editor: Jujuk Ernawati