RI Alami Penurunan Kemampuan Produksi Migas, Menteri ESDM Beberkan Penyebabnya
JAKARTA, iNews.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia menghadapi penurunan kemampuan produksi minyak dan gas (migas). Itu karena penemuan sumur minyak baru dengan kapasitas produksi yang besar sudah terbatas.
Akibatnya, Indonesia saat ini menjadi importir. Padahal, dahulunya Indonesia adalah ekportir minyak.
"Indonesia saat ini mengalami penurunan kemampuan produksi. Dulu kita bisa jadi eksportir, kita produksi 1,6 juta barel per hari. Sekarang kita malah menjadi importir," kata Arifin, Rabu (14/9/2022).
Kendala lain yang juga dihadapi Indonesia saat ini adalah menurunnya kualitas sumur minyak tua di dalam negeri. Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk pemurnian minyak.
"Kalau dulu dalam 1 botol air mineral ukuran 550 ml, masih bisa dihasilkan 50 persen minyak, 50 persen air. Sekarang, 1 persen minyak dan 99 persennya sudah jadi air," ujarnya.
Kendati demikian, menurut Arifin, Indonesia memiliki 68 potensi cekungan migas yang berpotensi menjadi wilayah kerja migas berskala besar baru di Indonesia. Namun dalam proses pengembangan sumur baru, dibutuhkan waktu sekitar 7 hingga 10 tahun.
“Kita memang harus berpacu supaya kita bisa memanfaatkan potensi ini untuk mengurangi defisit kita yang sekarang masih banyak impor,” ucapnya.
Editor: Jujuk Ernawati