RI Jadi Produsen Vanili Terbesar Kedua di Dunia, Simak Potensinya
JAKARTA, iNews.id - Indonesia merupakan produsen vanili terbesar kedua di dunia setelah Madagaskar. Kualitas vanili Indonesia yang unggul dengan aroma yang kuat dan tahan lama serta permintaan pasar global yang terus meningkat menjadi potensi besar bagi RI untuk menyalip posisi Negara Afrika tersebut dalam industri vanili.
Meski Indonesia merupakan salah satu produsen utama vanili, namun RI masih menempati peringkat ketujuh dalam hal ekspor vanili dunia, dengan kontribusi sekitar 2,63 persen terhadap total ekspor vanili dunia. Ada potensi besar untuk meningkatkan ekspor vanili Indonesia. Data dari ITC Export Potential Map menunjukkan potensi peningkatan ekspor Indonesia ke seluruh dunia sebesar 59 juta dolar AS untuk vanili asal Indonesia
Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Rini Satriani menyampaikan, kekhawatiran terhadap pasokan vanili global muncul karena adanya beberapa faktor, seperti kekeringan, angin topan, dan praktik pertanian yang buruk di Madagaskar.
"Hal ini dapat menjadi peluang bagi vanili Indonesia," ujar Rini di Jakarta, Senin (16/10/2023).
Pada tahun 2022, lima negara tujuan utama ekspor vanili asal Indonesia adalah Amerika Serikat (64,93 persen), Jerman (8,62 persen), Belanda (7,53 persen), Singapura (2,63 persen), dan Kanada (2,50 persen). Sementara itu, terjadi peningkatan permintaan vanili yang signifikan dari negara-negara seperti Perancis, Amerika Serikat, Belgia, Inggris, dan Mauritius.
Saat ini ekspor vanili Indonesia dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti harga vanili Perancis sebagai negara pesaing utama, PDB per kapita Indonesia, PDB per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi dan nilai tukar.
“Peningkatan harga vanili di Perancis sebesar 10 persen membuat volume ekspor vanili Indonesia meningkat 0,41 persen, ceteris paribus. Kenaikan harga ekspor vanili dari negara pesaing, seperti Perancis, membuat negara-negara pengimpor cenderung memilih ekspor dari negara lain, termasuk Indonesia. Ini menciptakan peluang signifikan bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya,” ucap Rini.
Selain itu, faktor jarak ekonomi juga berdampak pada permintaan vanili di ASEAN. Negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, lebih memilih ekspor vanili dari Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing seperti Madagaskar, Perancis, dan Jerman.
Meskipun vanili memiliki potensi ekspor yang besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi oleh produsen dan eksportir vanili Indonesia, termasuk pasokan yang tidak stabil akibat cuaca dan iklim yang fluktuatif. Upaya seperti peningkatan mutu produk, kapasitas produksi, dan perluasan pasar ekspor menjadi langkah penting untuk membuka peluang ekspor yang lebih luas di masa depan.
Oleh karena itu, upaya pengembangan komoditi vanili tidak hanya terbatas pada dukungan pembiayaan, tetapi juga harus memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas produk, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Untuk itu, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI, menjadi mitra strategis dalam ekosistem ekspor yang fokus pada beyond financing, developmental impact, dan sustainability.
Sebagai informasi, tanaman vanili menghasilkan buah yang mengandung senyawa aromatik berharga yang sangat diminati di berbagai industri, terutama makanan dan minuman. Namun, proses budi daya vanili memerlukan waktu dua hingga empat tahun sebelum tanaman menghasilkan buah yang berbentuk polong untuk dapat dipanen.
Harga vanili di pasar global sangat tinggi, dengan rata-rata mencapai 270,40 euro/kg untuk vanili ekstrak dan 175,56 euro/kg untuk vanili utuh pada tahun 2022. Tingginya harga Vanili membuat vanili mendapatkan julukan tanaman "si emas hitam".
Data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada tahun 2020 menunjukkan, Indonesia menyumbang sekitar 30,3 persen dari produksi vanili dunia dengan produksi sekitar 2.306 ton, berada di belakang Madagaskar yang menguasai 39,1 persen (2.975 ton) produksi dunia.
Editor: Aditya Pratama