RI Resmi Punya Bursa CPO, Harga Acuan Tidak Lagi Bergantung ke Negara Lain!
JAKARTA, iNews.id - Indonesia akhirnya resmi meluncurkan bursa berjangka crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit pada hari ini, Jumat (13/10/2023). Nantinya, harga acuan tidak akan lagi bergantung ke negara lain.
Peresmian ini dilakukan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Dikutip dari Bulletin IDX 2nd Session Closing Market, selama ini Indonesia menggantungkan harga jual sawit ke Malaysia juga Rotterdam, Belanda.
Menurut Zulkifli, sebagai penghasil CPO terbesar di dunia, harga komoditas CPO Indonesia telah puluhan tahun bergantung pada negara lain. Untuk itu, pemerintah berinisiatif membentuk bursa berjangka untuk membentuk harga yang lebih transparan dan membenahi tata kelola perdagangan CPO.
Apalagi produksi minyak sawit mentah Indonesia masuk ke dalam urutan pertama dari 40 negara lain di dunia. Namun, bursa CPO bersifat sukarela atau voluntary, artinya perusahaan tidak harus menjual CPO-nya di bursa itu.
Meski bersifat sukarela, pengusaha kelapa sawit diharapkan tetap ikut berpartisipasi di bursa CPO Indonesia. Hingga saat ini, dikabarkan sudah ada 18 pelaku usaha CPO yang siap berdagang di bursa CPO yang diharapkan akan terus bertambah. Rencananya, per 23 Oktober 2023 mendatang, para pengusaha kelapa sawit sudah bisa memasarkan produknya lewat bursa CPO.
Hingga penutupan sesi kedua perdagangan hari ini, beberapa saham berbasis kelapa sawit hanya naik tipis. Misalnya saja entitas anak grup Astra yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang naik tipis 0,34 persen ke posisi 7.275. Dalam setahun terakhir, saham tersebut telah mengalami penurunan hingga 9 persen.
Pergerakan serupa juga dialami entitas grup Salim PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang sahamnya tertahan pada level 975. Adapun dalam sepanjang tahun ini, saham CPO itu terkoreksi 4 persen.
Raksasa perkebunan lain yang dimiliki grup Sinarmas, PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) juga terkoreksi 0,46 persen pada posisi 4.300 atau telah turun 13 persen selama tahun berjalan.
Disisi lain, saham perkebunan milik Jhonlin, PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) justru naik 2,2 persen ke 186. Kendati demikian, saham CPO itu telah terkoreksi 41,5 persen selama tahun 2
Editor: Puti Aini Yasmin