Rupiah Ambruk, PLN Akui Keuangan Terganggu
JAKARTA, iNews.id - PT PLN (Persero) menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cukup membebani keuangan perusahaan. Pasalnya, selain harga minyak dunia dan inflasi, nilai tukar rupiah juga menjadi komponen penting dalam penentuan tarif listrik nasional.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprapteka mengatakan, pihaknya mendapatkan penghasilan dalam bentuk rupiah sementara untuk belanja menggunakan dolar AS. Dengan demikian, adanya pelemahan rupiah ini menyebabkan PLN harus menanggung beban perbedaan nilai mata uang tersebut.
"Kalau nilai tukar sekarang itu adanya pelemahan, jadi Rp14.000 tentu ini kita tahu bahwa income PLN kan dari rupiah, expenditure banyak juga dolar AS. Nah jadi secara langsung itu cukup membebani PLN," ujarnya di Hotel Kaisar, Jakarta, Jumat (11/5/2018).
Apalagi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan memerintahkan PLN untuk tidak menaikkan tarif dasar listrik sampai 2019. Namun, meski harus menanggung beban lebih berat lagi dengan rupiah yang terkapar, PLN tetap mengikuti kebijakan pemerintah tersebut.
"Pemerintah menerapkan tariff adjustment tidak ada kenaikan tarif listrik saat ini. Kita jalankan sesuai dengan mandat dari pemerintah agar harga listrik bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat," kata Made.
Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk mengurangi beban tersebut dengan melakukan beberapa efisiensi. Salah satunya dengan melakukan subtitusi energi primer yang bisa diganti dengan yang harganya paling murah yang mudah di dapat.
"Sebagaimana pernah kita sampaikan, kita melakukan berbagai upaya. Dari sana kita dapat menjaga keseimbangan efisiensi yang kita lakukan," tuturnya.
Tak hanya itu, PLN juga berupaya memperbesar pendapatannya dengan mengajak masyarakat untuk meningkatkan penggunaan listrik. PLN juga berupaya menambah jumlah pelanggannya dan mensosialisasikan program-program penggunaan kendaraan listrik karena selain hemat pengeluaran juga aman digunakan.
"Sekarang kita sudah ada listrik, kapasitas cukup, kita harus melakukan program-program penjualan," kata dia.
Ia melanjutkan, dengan hal tersebut diharapkan dapat meringankan beban pengeluaran PLN. "Upaya itu kita lakukan sehingga kita bisa. Artinya dengan peningkatan penjualan akan membantu mengatasi sedikit persoalan karena kenaikan dolar AS," ucapnya.
Editor: Ranto Rajagukguk