Rusia Bantah Jadi Penyebab Krisis Pangan Global
MOSKOW, iNews.id - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menolak klaim negaranya menjadi penyebab krisis pangan global. Hal ini terkait dengan invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina sejak Februari lalu.
Dalam pidatonya di hadapan duta besar Liga Arab di Kairo, dia mengatakan, negara-negara Barat memutarbalikkan fakta tentang dampak sanksi terhadap ketahanan pangan global. Dia menduga negara-negara Barat mencoba memaksakan dominasi mereka terhadap negara lain.
Adapun sebagian besar dunia Arab dan Afrika sangat terpengaruh oleh kekurangan biji-bijian yang disebabkan perang Rusia di Ukraina. Kesepakatan penting yang ditandatangani pada Jumat (22/7/2022) lalu untuk melanjutkan ekspor biji-bijian Ukraina tergantung pada keseimbangan setelah Rusia menyerang sasaran di pelabuhan Odesa pada Sabtu (23/7/2022).
Lavrov akan mengunjungi tiga negara Afrika untuk menggalang dukungan di tengah kemarahan atas perang. Dia mengatakan, agresivitas negara-negara Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menunjukkan satu kesimpulan sederhana.
"Ini bukan tentang Ukraina, ini tentang masa depan tatanan dunia. Mereka mengatakan, setiap orang harus mendukung tatanan dunia berbasis aturan, dan aturan itu ditulis tergantung pada situasi spesifik apa yang ingin diselesaikan Barat demi kepentingannya sendiri," kata dia, dikutip dari BBC, Selasa (26/7/2022).
Sebelumnya, Lavrov mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry. Mesir memiliki hubungan yang signifikan dengan Rusia, yang memasok gandum, senjata, dan wisatawan.
Setelah pembicaraannya dengan Shoukry, Lavrov mengatakan, Barat memperpanjang konflik meskipun memahami apa dan siapa yang akan berakhir.
Adapun, ini adalah tahap pertama bagi Lavrov dari tur singkat ke Afrika di Ethiopia, Uganda dan, Kongo-Brazzaville. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar lokal menjelang kunjungannya, Lavrov mengatakan, Rusia selalu secara tulus mendukung rakyat Afrika dalam perjuangan mereka untuk kebebasan dari belenggu kolonial. Dia menambahkan, Rusia menghargai posisi netral Afrika dalam masalah Ukraina.
Berapa banyak biji-bijian tertahan di Ukraina?
Ukraina dan Rusia biasanya memasok lebih dari 40 persen gandum ke Afrika, kata Bank Pembangunan Afrika.
Mesir adalah konsumen besar gandum Ukraina. Pada 2019, negara itu mengimpor 3,62 juta ton, lebih banyak dari negara mana pun.
Namun dalam artikelnya, Lavrov menolak tuduhan, Rusia 'mengekspor kelaparan' dan menyalahkan propaganda Barat. Dia menambahkan, sanksi Barat yang dikenakan pada Rusia telah memperburuk kecenderungan negatif di pasar makanan internasional yang berasal dari pandemi virus corona.
Lavrov berusaha meyakinkan negara-negara Afrika, mereka lebih baik berpihak pada Rusia daripada Barat. Namun sebagian besar negara ada keengganan untuk berpihak pada perang di Ukraina. Perang memiliki dampak yang menghancurkan, memicu konflik di Afrika dan menghentikan pembangunan.
Saat ini, yang menjadi perhatian terbesar adalah melonjaknya harga makanan dan bahan bakar. Lebih dari 40 persen gandum Afrika berasal dari Rusia dan Ukraina. Beberapa pemimpin Afrika akan menyadari ketika orang tidak mampu makan, posisi mereka sendiri dalam kekuasaan menjadi kurang aman.
Editor: Jujuk Ernawati