Saham Adidas Anjlok Imbas Penyelidikan Tuduhan Korupsi di China
HONG KONG, iNews.id - Saham produsen peralatan dan perlengkapan olahraga, Adidas turun 4 persen pada perdagangan Senin imbas penyelidikan terhadap tuduhan korupsi di China. Harga saham Adidas kini menyentuh 216 euro
“Adidas menanggapi tuduhan kemungkinan pelanggaran kepatuhan dengan sangat serius dan jelas berkomitmen untuk mematuhi peraturan hukum dan internal serta standar etika di semua pasar tempat kami beroperasi,” tulis Adidas dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Selasa (18/6/2024).
Selama 18 bulan terakhir Adidas tengah berupaya meningkatkan penjualan di China, setelah kehilangan pangsa pasar yang signifikan dari para pesaingnya sejak sebelum pandemi Covid-19.
Media pemerintah China, Jiemian, melaporkan pada pekan lalu bahwa para eksekutif lokal dituduh menggelapkan jutaan euro dalam sebuah surat tanpa tanda tangan yang ditulis oleh pelapor yang menyebut diri mereka karyawan Adidas China. Surat tersebut dipublikasikan secara online.
Kepala Hubungan Media Adidas, Claudia Lange menuturkan bahwa pihaknya telah menerima surat anonim pada tanggal 7 Juni yang menunjukkan potensi pelanggaran kepatuhan di China.
“Adidas saat ini sedang menyelidiki masalah ini secara intensif bersama dengan penasihat hukum eksternal,” ucap Lange.
Laporan pengaduan tersebut menyatakan bahwa seorang eksekutif senior di China Raya yang mengelola anggaran pemasaran Adidas telah menggelapkan jutaan euro dan menerima suap dalam jumlah besar dari periklanan eksternal dan agensi selebriti. Beberapa anggota tim eksekutif dan karyawan lainnya juga terlibat.
Anggaran promosi Adidas Greater China secara keseluruhan berjumlah 250 juta euro per tahun, termasuk biaya yang didedikasikan untuk pemasaran, branding, dan pameran dagang, menurut laporan Jiemian.
Adidas merupakan pengecer perlengkapan olahraga terbesar kedua di dunia. China Raya, wilayah yang mencakup China daratan, Hong Kong, dan Taiwan, menyumbang 15 persen dari penjualan perusahaan.
Di China daratan, Adidas adalah merek pakaian olahraga internasional terbesar kedua setelah Nike. Perusahaan Jerman tersebut menikmati rebound dalam pertumbuhan penjualan di China setelah Beijing menghapus pembatasan Covid pada akhir 2022.
Namun pangsa pasarnya telah menurun secara signifikan dibandingkan sebelum pandemi karena persaingan dari pesaing lokal dan kontroversi penolakan perusahaan tersebut untuk menggunakan kapas Xinjiang.
Editor: Aditya Pratama