Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kinerja Garuda Bermasalah, Peter Gontha: Dahlan Iskan Menyesal
Advertisement . Scroll to see content

Sama-sama Merugi, Dahlan Iskan Beberkan Perbedaan Garuda Indonesia dan Thai Airways

Senin, 07 Juni 2021 - 18:17:00 WIB
Sama-sama Merugi, Dahlan Iskan Beberkan Perbedaan Garuda Indonesia dan Thai Airways
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan.
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, membeberkan perbedaan penanganan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, dan maskapai penerbangan milik Thailand, Thai Airways, meskipun sama-sama mengalami kerugian akibat pandemi Covid-19. 

Menurut dia, meski kedua industri penerbangan itu memiliki kesamaan masalah, proses penyelesaian lehih dulu dilakukan pemerintah Thailand. Dimana, perkara Thai Airways sudah dibahas dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) negara setempat untuk melakukan persidangan. 

"Bedanya, Thai Airways sudah membuat keputusan. membawa masalahnya ke PKPU-nya Thailand. Sidang-sidangnya sudah berlangsung, sudah pula siap diputuskan, tapi para kreditor masih menyusulkan pendapat," ujar Dahlan Iskan, Senin (7/6/2021). 

Usai kreditor memberikan pendapat usulan, PKPU pun menyetujui untuk mendengarkan hal tersebut. Dengan demikian, putusan dimundurkan hingga 15 Juni 2021 mendatang.

Sementara itu, proses yang dialami Garuda Indonesia dinilai masih ngambang karena belum ada petusan pemerintah terhadap kondisi maskapai pelat merah saat ini. 

"Pemerintah Thailand sudah pada keputusan final, tidak mau lagi menginjeksi Thai Airways. Bahkan tiga tahun lalu pemerintah sudah memutuskan tidak mau lagi menjadi pemegang saham mayoritas. Dilakukanlah divestasi dari 51 persen sahamn menjadi 47,8 persen. Sementara Garuda Indonesia melayang-layang dengan benang putusnya," kata Dahlan Iskan. 

Dengan divestasi itu, lanjutnya, pemerintah mengeluarkan Thai Airways dari daftar BUMN-nya. Divestasi itu dilakukan dengan cepat. Saat status Thai Airways diubah, maka perusahaan pun melantai ke pasar modal. Dahlan mencatat, tidak rumit mendivestasi saham di pasar modal.

"Utang TG memang sangat besar, juga sebesar gajah bengkak. Bengkaknya lebih besar sekitar Rp 100 triliun, sedangkan Garuda Rp 70 triliun," ungkap Dahlan.

Dia menjelaskan, berbagai upaya menyelamatkan Thai Airways sudah dilakukan pemerintah Thailand. Jalur-jalur yang rugi sudah dihapus. Gaji dipangkas dan jumlah karyawan pun dikurangi hingga 6.000 orang.

Thai Airways sudah tidak punya lagi rute penerbangan ke Amerika. Padahal, industri penerbangan ini sukses. Bahkan, jauh lebih sukses dari Garuda Indonesia. Dimana, Thai Airways pernah memiliki penerbangan nonstop jarak jauh baik dari Bangkok ke New York dan dari Bangkok ke Los Angeles.

"Saya pernah naik Thai Airways dengan rute yang amat jauh, dari Madrid ke Bangkok, nonstop. Kecewa. Salah saya sendiri. Saya kurang cerewet bertanya. Waktu itu saya membeli tiket first class agar bisa tidur enak. Ternyata first class di jurusan itu sama dengan business class, kursinya hanya bisa disandarkan sedikit, tidak bisa dibuat hamparan datar," kata dia. 

Lebih jauh, Dahlan menuturlan, kesulitan yang sudah biasa didengar juga di alamai oleh Malaysia Airlines System (MAS). Pemerintah Malaysia tidak henti-hentinya menyuntikkan dana. Pun tidak membuat MAS kunjung sehat. Pernah dikeluarkan dari BUMN, justru hampir bangkrut. 

Thai Airways, kata dia, sudah berupaya menyelesaikan utangnya di luar pengadilan. Kreditor juga setuju bahwa utang harus direstrukturisasi. Bunga harus dipangkas, jangka pengembalian harus diperpanjang, hingga beberapa aset harus dijual.

Untuk merestrukturisasi utang itu para kreditor sudah menunjuk wakil yang bisa diterima semua pihak yakni seorang mantan Menteri. Ditambah seorang mantan Direktur Utama yang pernah membawa TG memperoleh laba. Sedang Bangkok Bank telah pula mengirim wakil ke tim negosiasi yang dibentuk. 

Namun, persoalan Thai Airways sudah terlalu berat. Maka, direksi Thaui Airways membawanya ke PKPU-nya Thailand. Momentum Covid-19 dimanfaatkan untuk melakukan penyelesaian. 

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut