Sempat Patok Harga Tiket Mahal, Garuda Indonesia Mengaku Tetap Rugi
JAKARTA, iNews.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengaku tetap rugi meskipun sempat menaikkan harga tiket pesawat di area batas atas. Hal ini membuat maskapai memutar otak untuk mencari pendapatan tambahan.
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, Garuda masuk kategori full services airlines, sehingga membutuhkan biaya operasional yang besar untuk memanjakan konsumen. Sementara, biaya operasional tersebut tidak bisa ditutupi hanya dari penjualan tiket.
"Garuda dengan tarif batas atas saja rugi, yang ada adalah kami di maskapai kita mendapatkan pendapatan lain, kalau hanya dari harga tiket itu sifatnya fluktuatif," ujar dia di Penang Bistro Menteng, Jakarta, Selasa (19/1/2019).
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa Ari itu mengatakan, Garuda akan tetap memasang tarif di area batas atas untuk rute-rute tersebut supaya kerugian tidak membengkan. Namun, sebagian rute akan diturunkan sesuai keputusan yang diambil Indonesia National Air Carriers Association (INACA).
"Kemarin saya ditanya kok tarif belum turun-turun? Saya bilang, komposisi slot yang diberikan 30 persen, mereka sudah hitung ini batas kemampuan mereka, batas yang mereka bisa kompensasikan untuk supaya tidak rugi," ucapnya.
Selama ini, kata dia, pendapatan Garuda tidak hanya mengandalkan tiket. Sejumlah pos pendapatan lain yang dioptimalkan antara lain berasal dari iklan dan kargo.
"TBA (tarif batas atas) memang kami mengerti tidak bisa menaikkan sejak 2016 karena melihat daya beli masyarakat. Kami tahu itu, makanya kami tidak pernah menaikkan harga," kata dia.
Kendati demikian, dia berharap masyarakat mengerti dengan kondisi bisnis maskapai yang tertekan. Dia menyebut, maskapai domestik nantinya akan menaikkan harga tiket secara bertahap.
"Dari masyarakat saya sudah baca, mereka mau mengerti kesulitan maskapai tapi inginnya dinaikkan bertahap. Ini kami mencoba menaikkan bertahap sesuai daya beli masyarakat," tuturnya.
Editor: Rahmat Fiansyah