Sentimen Kecelakaan Kerja Proyek, Saham Konstruksi BUMN Tertekan
JAKARTA, iNews.id – Saham-saham konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali mendapat sentimen negatif. Jika tahun lalu tertekan isu arus cash (cash flow) perushaan yang negatif, kali ini saham-saham tersebut mendapatkan berita buruk dari kecelakaan kerja pada proyek-proyek konstruksi yang tengah digarap sehingga membuat pemerintah memutuskan melakukan moratorium konstruksi layang.
Mengutip RTI, sejumlah saham konstruksi BUMN tampak berguguran sejak kemarin hingga sesi awal perdagangan Rabu (21/2/2018). Pada sesi pertama, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 100 poin, 3,28 persen ke level 2.950 poin. Kemarin, saham WSKT juga ditutup turun 60 poin, 1,93 persen ke level 3.050 poin.
Padahal, perusahaan yang dinakhodai oleh M. Choliq tersebut mencatat kinerja cemerlang karena Waskita kebanjiran proyek pemerintah. Pada Senin (19/2/2018) atau tepatnya sehari sebelum insiden robohnya tiang pancang Tol Becakayu terjadi, saham Waskita melesat ke level tertinggi sepanjang masa di level 3.110, naik 210 poin atau 7,24 persen setelah mengumumkan laba bersih yang belum diaudit (unaudited) perusahaan mencapai Rp4,7 triliun atau tumbuh 149 persen sekaligus melampaui perkiraan analis Rp4,3 triliun.
Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga terkena dampak keputusan pemerintah mengevaluasi proyek konstruksi layang. Meski tidak separah Waskita, saham Wika turun 30 poin atau 1,52 persen ke level 1.940 poin hingga sesi awal perdagangan. Saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga tercatat turun 70 poin atau 2,85 persen ke level 2.390.
Tidak hanya induk perusahaan, saham anak-anak perusahaan konstruksi BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia juga kena getahnya meski tidak seburuk induknya. PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) turun 4 poin atau 0,84 persen ke level 472 sementara saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) juga turun 5 poin atau 0,85 persen ke level 575.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji melihat pelemahan saham-saham konstruksi BUMN disebabkan berita buruk, tapi dia melihat penurunan tersebut hanya bersifat temporer. Secara teknikal, kata dia, saham-saham konstruksi BUMN masih uptrend.
“Pada daily chart masih terlihat uptrend. Apalagi rata-rata harga pergerakan masih bertahan di atas garis MA20. Jadi saya anggap bahwa hal itu hanya koreksi wajar saja,” kata Nafas.
Dia juga menilai, koreksi tersebut tergolong sehat karena beberapa sektor lain di luar konstruksi juga mengalami koreksi. Pasalnya, sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang menguat signifikan sejak awal tahun.
Selain itu, kata Nafan, kebijakan pemerintah mengevaluasi proyek konstruksi juga tidak akan memengaruhi kinerja fundamental perusahaan. Lagipula, kata dia, kebijakan tersebut hanyalah sementara.
Editor: Rahmat Fiansyah