Shell Jual 411 SPBU dan Pabrik Pelumas ke Perusahaan Minyak Rusia
MOSKOW, iNews.id - Raksasa energi, Shell sepakat menjual 411 SPBU di Rusia kepada produsen minyak terbesar kedua di negara tersebut, Lukoil. Penjualan tersebut mencakup pabrik pelumas yang berada di sekitar 200 km barat laut Moskow.
Dikutip dari BBC, Shell mengatakan, kesepakatan penjualan tersebut akan melindungi sekitar 350 pekerja. Perusahaan tersebut sebelumnya mengumumkan pada Februari lalu bahwa mereka akan menjual asetnya di Rusia karena invasi ke Ukraina.
"Berdasarkan kesepakatan ini, lebih dari 350 orang yang saat ini dipekerjakan oleh Shell Neft akan dipindahkan ke pemilik baru bisnis ini," ujar Direktur Hilir Shell, Huibert Vigeveno dikutip, Minggu (15/5/2022).
Perusahaan pada awal bulan ini melaporkan rekor laba kuartalan karena perusahaan energi terus mendapat manfaat dari melonjaknya harga minyak dan gas.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Shell menghasilkan 9,13 miliar dolar AS, hampir tiga kali lipat laba 3,2 miliar dolar AS yang diumumkan untuk periode yang sama tahun lalu.
Shell menyebut, menarik diri dari kesepakatan Rusia yang mencakup penjualan sahamnya di semua usaha patungan dengan perusahaan energi negara Rusia Gazprom mencapai 3,9 miliar dolar AS.
Wakil Presiden Lukoil untuk penjualan produk olahan, Maxim Donde menuturkan, akuisisi bisnis Shell yang berkualitas tinggi di Rusia sangat cocok dengan strategi Lukoil untuk mengembangkan saluran penjualan prioritasnya, termasuk ritel serta bisnis pelumas.
Kesepakatan Lukoil merupakan salah satu yang paling awal, di mana Shell yang terdaftar di Inggris telah mampu menjual asetnya di Rusia. Penjualan masih tunduk pada persetujuan peraturan oleh layanan anti-monopoli Rusia.
Ketika konflik di Ukraina pecah, perusahaan energi berada di bawah tekanan langsung ketika negara-negara mengumumkan larangan dan pembatasan minyak dan gas Rusia dalam minggu-minggu setelah invasi.
British Petroleum (BP) yang memiliki saham besar di raksasa energi Rusia, Rosneft dalam beberapa hari setelah perang dimulai mengumumkan operasi akan dihentikan. Hal tersebut diikuti dengan janji dari Shell, ExxonMobil, dan Equinor untuk memotong investasi di Rusia mereka menyusul tekanan dari pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat.
Editor: Aditya Pratama