Simak Filosofi Orang Kaya dalam Mengelola Keuangan
JAKARTA, iNews.id - Orang yang tidak kaya akan membelanjakan penghasilannya dan menyimpan sisanya. Namun, orang yang kaya akan menghemat uang mereka dan membelanjakan apa yang tersisa.
Kedua hal tersebut mungkin terasa sama, tapi keduanya disebut dengan nama yang berbeda, yaitu filosofi kemiskinan dan filosofi kekayaan. Apa yang membedakan kedua hal tersebut?
iNews.id memberikan jawaban yang bisa dipilih dari kedua hal tersebut berdasarkan Penulis buku Change Your Habits, Change Your Life, Tom Corley dilansir dari CNBC. Penulis ini pernah menghabiskan waktu lima tahun untuk mempelajari kebiasaan baik dan buruk dari 177 jutawan untuk ditulis di buku-buku miliknya.
Filosofi Kemiskinan
Berdasarkan salah satu bukunya yang berjudul Rich Habits, ia menyimpulkan orang yang miskin biasanya tidak membiasakan dirinya untuk menabung uang. Dengan kebiasaannya tersebut maka orang miskin tidak pernah bisa berinvestasi.
Pasalnya, bagaimana ingin berinvestasi jika tidak memiliki uang? Jika tidak pernah belajar kebiasaan orang kaya dalam menabung, secara otomatis telah gagal memenuhi kebiasaan membelanjakan uang dalam investasi.
Dengan menghabiskan semua penghasilan maka setiap peluang untuk menciptakan kekayaan melalui investasi akan kandas begitu saja. Akibatnya, orang yang miskin ini meninggalkan salah satu jalan yang pasti menuju menjadi orang kaya, yaitu lewat menabung dan berinvestasi.
Filosofi Kekayaan
Menyimpan uang sangat penting untuk menciptakan kekayaan karena hanya dengan menabung maka seseorang dapat berinvestasi. Menurut dia, kebiasaan orang kaya ini merupakan salah satu dari tiga jalan menuju kekayaan yang ia temukan dalam penelitiannya saat menulis buku.
"Apa yang membuat jalur ini begitu penting adalah bahwa ia dapat diakses oleh siapa saja. Tidak seperti dua jalur lainnya yang tidak terlalu seksi," ujarnya dikutip dari CNBC, Minggu (8/5/2018).
Sebab, jalur yang ia pilih tidak memerlukan keterampilan khusus, bakat bawaan, hingga risiko tinggi. Satu-satunya yang menjadi syarat hanya menabung minimal 10 persen dari penghasilan setiap bulannya dan dengan hati-hati menginvestasikan simpanan tersebut.
Namun, ia mengakui akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan kekayaan dengan cara ini. "Rata-rata (membutuhkan) 32 tahun, (dari studi) yang saya temukan," kata Tom.
Selain itu, menurut dia jutawan yang menempuh jalan ini merupakan yang paling tidak kaya sepanjang penelitiannya. Meski demikian, cara ini merupakan cara yang lebih pasri dan paling tidak menuntut untuk menjadi kaya.
Sebab, orang kaya yang menabung dan berinvestasi akan memaksa diri untuk bertahan hidup dari 80-90 persen dari pendapatan bersih. Rata-rata secara otomatis menyisihkan 10-20 persen dari pendapatan tiap bulannya.
"Yang saya maksud dengan otomatis adalah mereka memperlakukan tabungan seolah itu tagihan bulanan. Tagihan pertama dan terpenting yang harus mereka bayarkan tiap bulan," ucapnya.
Filosofi kekayaan ini meningkatkan tabungan sampai titik di mana menjadi prioritas keuangan utama atau tagihan pertama. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, orang yang miskin pun bisa menjadi kaya karena dapat merekayasa standar hidup agar tetap rendah untuk memastikan ada uang yang disisihkan.
Bagaimanapun pilihan antara kedua filosofi keuangan tersebut akan mendorong bagaimana kebiasaan keuangan seseorang. Jika memiliki filoasofi kekayaan, maka melihat uang sebagai alat untuk membangun kekayaan dan akan membentuk kebiasaan yang baik. Namun, filosofi kemiskinan akan membuat pendapatan habis tidak bersisa untuk penuhi kebutuhan hidup yang tidak ada habisnya.
Editor: Ranto Rajagukguk