Simak, Strategi Kementan Jaga Produksi Pertanian Hadapi Ancaman El Nino
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan sejumlah strategi untuk menjaga produksi pertanian di tengah ancaman El Nino yang diperkirakan menghantam Indonesia mulai Agustus 2023.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menyampaikan Kementan sebagai ujung tombak pemerintah dalam memastikan jaminan ketersediaan pangan untuk masyarakat telah melakukan upaya mengantisipasi ancaman El Nino.
Untuk jangka pendek, lanjutnya, Kementan telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) untuk memastikan tetap berjalannya produksi tanaman pangan. Selain itu, Kementan juga mengoptimalkan keberadaan embung atau danau kecil, bendungan, sodetan sungai untuk akses irigasi, serta proses pipanisasi saluran air untuk diarahkan ke lahan-lahan pertanian.
Kemudian, juga dilakukan pemberian bantuan bibit varietas unggul yang memiliki daya tahan terhadap kondisi kekurangan air. Sehingga, pada saat sebelum terjadi musim kemarau ekstrem, komoditas pangan tersebut sudah bisa dipanen.
"Ini merupakan upaya untuk mengantisipasi fenomena El Nino dalam jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang, Kementan sudah melakukan kerja sama dengan Korea Selatan untuk menerapkan konsep pertanian cerdas," kata Dedi, sebagaimana dikutip Antara, Minggu (30/7/2023).
Dia menjelaskan, Indonesia bersama dengan Ministry of Agriculture, Food, and Rural Affairs (MAFRA) melalui Korean Agency of Education Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries (EPIS) menjalin kerja sama untuk konsep pertanian cerdas pada 2021-2025.
Kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan minat petani muda milenial terlibat dalam bidang pertanian sebagai sebuah usaha atau bisnis dan meningkatkan kapasitas petani milenial dalam penggunaan teknologi K-Smart farming.
Hal ini, lanjutya, merupakan langkah untuk mendukung ketahanan pangan dengan mengadopsi pertanian K-Smart menggunakan sumber energi terbarukan serta merespons perubahan iklim global, termasuk menghadapi ancaman El Nino.
"Konsep pertanian cerdas tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan sektor pertanian dengan mengendalikan iklim mikro pada smart green house yang berpengaruh terhadap peningkatan proses fotosintesis guna menghasilkan produksi maksimal," ungkap Dedi.
Selain itu, proses pengairan yang menjadi kunci sektor pertanian juga dilakukan secara efisien, dengan memberikan air sekaligus nutrisi pada area di sekitar rizhosfer atau tanah yang berada di sektiar akar, sesuai dengan kebutuhan tanaman agar tidak ada air yang terbuang.
Melalui smart green house, dilakukan pengendalian iklim mikro yang berkaitan dengan suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Langkah itu bertujuan agar proses fotosintesis optimal dan memberikan hasil yang baik.
"Konsep ini sudah diterapkan pada Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di Kabupaten Malang, Jawa Timur," ujar Dedi.
Di lokasi tersebut, telah dibangun 11 unit smart green house dengan total luas lahan mencapai 4.400 meter persegi dan 1.000 meter persegi lahan cerdas terbuka.
Proyek percontohan itu menggunakan teknologi maju, seperti sistem sensor iklim mikro secara otomatis maupun manual, sesuai dengan kebutuhan. Kemudian, server pengaturan dan perangkat pendukung otomatisasi iklim mikro, dan peralatan manajemen nutrisi.
Untuk saat ini, konsep pertanian pintar yang diterapkan di BBPP Ketindan tersebut memang baru pada sejumlah komoditas, seperti strawberi, tomat, jeruk, dan paprika. Untuk ketahanan pangan jangka panjang, konsep tersebut bisa diadopsi untuk tanaman pangan.
"Konsep pertanian cerdas ini akan diadopsi Indonesia. Tentu tidak bisa sekejab, ada proses, seperti pelatihan, pendidikan, dan edukasi kepada petani. Tapi ke depan pertanian cerdas ini menjadi upaya untuk mengendalikan fenomena El Nino terhadap produksi pertanian," tutur Dedi.
Editor: Jeanny Aipassa