Sri Mulyani Peringatkan Risiko Inflasi gegara Harga Beras Naik
JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan potensi kenaikan inflasi akibat harga bahan pokok, terutama beras. Hal ini disampaikan dalam Rapat Kerja Komite IV DPD bersama Kepala Bappenas, Menteri Keuangan, dan Gubernur BI.
Menurutnya, saat ini kondisi headline inflation masih terkendali di 2,31 persen. Namun terjadi deflasi 0,08 di Agustus 2025.
"Inflasi volatile food bisa dikendalikan meski kita harus tetap waspada terhadap inflasi yang berasal dari pangan terutama beras," kata Sri Mulyani, Selasa (2/9/2025).
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2025 mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan. Secara tahunan, inflasi tercatat 2,31 persen.
Deflasi ini terutama didorong oleh komoditas dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kontributor utama deflasi adalah cabai rawit (dengan andil deflasi 0,07 persen), tarif angkutan udara (0,03 persen), dan bensin (0,02 persen).
Meskipun demikian, beberapa komoditas justru mengalami inflasi, antara lain bawang merah (dengan andil inflasi 0,05 persen) dan beras (0,03 persen). Inflasi juga didorong oleh kenaikan biaya kuliah, emas perhiasan, dan biaya sekolah dasar.
Menurut data BPS, harga beras pada Agustus 2025 memang menunjukkan kenaikan di semua tingkatan, dari penggilingan, grosir, hingga eceran. Harga beras di tingkat penggilingan naik 1,87 persen dari bulan sebelumnya, menjadi Rp13.569 per kg.
Untuk mengatasi kenaikan harga beras, pemerintah telah melakukan intervensi melalui Gerakan Pangan Murah (GPM).
Pada Sabtu (30/8), pemerintah menyalurkan 43.665 ton beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) secara serentak di ribuan titik. Program ini merupakan bagian dari target penyaluran total 1,3 juta ton beras SPHP hingga akhir tahun.
Editor: Puti Aini Yasmin