Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya soal Usulan PPN Jadi 8 Persen: Rugi Juga Nih, Kami Pikir-Pikir
Advertisement . Scroll to see content

Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,9 Persen di 2023

Selasa, 31 Mei 2022 - 11:48:00 WIB
 Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,9 Persen di 2023
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (foto: dok iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, meprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 hingga 5,9 persen di tahun 2023. Prediksi tersebut dinilai realistis seiring risiko ketidakpastian ekonomi global.

"Mempertimbangkan potensi ekonomi domestik yang masih tinggi dan langkah-langkah antisipatif pemerintah serta potensi risiko ketidakpastian global yang relatif tinggi maka cukup realistis bahwa perekonomian Indonesia di tahun 2023 diperkirakan akan tumbuh pada rentang 5,3 persen sampai 5,9 persen," kata Sri Mulyani, dalam rapat paripurna DPR RI hari ini, Selasa (31/5/2022). 

Dalam kesempatan tersebut, dia juga memberikan tanggapan dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan dan pandangan yang telah disampaikan oleh sejumlah fraksi. Adapun fraksi-fraksi tersebut terdiri dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya, Fraksi Partai Nasional Demokrat, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Amanat Nasional, serta Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

"Menanggapi pandangan seluruh Fraksi mengenai asumsi pertumbuhan ekonomi, kami sependapat bahwa pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Dari sisi domestik, kami memandang bahwa prospek pemulihan ekonomi nasional terus menguat," ujar Sri Mulyani.

Menkeu menjelaskan, berkaca pada efek dari periode commodity boom di tahun 2011 dan 2012, investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan, terutama dalam memanfaatkan harga komoditas yang tinggi serta akselerasi transformasi ekonomi. 

Sementara dari sisi investasi publik, keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional serta pengembangan IKN Nusantara akan mendorong pertumbuhan investasi sekaligus menstimulasi aktivitas investasi sektor swasta di masa depan. 

"Membaiknya intermediasi sektor keuangan yang ditandai oleh peningkatan pertumbuhan kredit perbankan, juga akan turut mendukung aktivitas investasi. Di sisi lain, dorongan dari konsumsi masyarakat juga akan semakin kuat, seiring dengan perbaikan tingkat kesejahteraan," ungkap Sri Mulyani.

Dia melaporkan, pola konsumsi juga akan mulai normal. Jenis-jenis konsumsi yang sempat tertekan di masa pandemi, seperti konsumsi pakaian, sepatu, maupun terkait leisure seperti pariwisata dan kunjungan ke pusat-pusat rekreasi akan meningkat di tahun ini dan bahkan menguat di tahun depan.

"Meskipun demikian, pandangan Fraksi-Fraksi terkait pertimbangan risiko global terkini terhadap asumsi pertumbuhan ekonomi juga sejalan dengan pemerintah. Selain upside risks yang kami sebutkan tadi, perekonomian nasional masih harus dihadapkan dengan downside risks," kata menkeu.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 oleh IMF terkoreksi ke level 3,6% akibat konflik geopolitik yang diprediksi akan membawa dampak 
berkepanjangan pada aktivitas perdagangan dunia. Selain itu, implementasi pengetatan kebijakan moneter, khususnya The Fed, yang lebih cepat juga akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global dan pada akhirnya mendorong peningkatan cost of fund di semua sektor. 

"Rentang asumsi pertumbuhan yang cukup lebar mencerminkan faktor ketidakpastian yang tinggi dari dinamika perekonomian global. Menghadapi hal ini, APBN tetap dioptimalkan sebagai instrumen shock absorber manakala terjadi guncangan," tutur Sri Mulyani.

Dia mengatakan, dinamika dan prospek ekonomi global tentu saja berdampak pada sektor eksternal (external balance) Indonesia tahun 2023. Kinerja ekspor diperkirakan masih kuat. 

"Namun demikian, sejalan dengan menguatnya ekonomi kita, permintaan impor juga akan meningkat. Neraca jasa-jasa juga diperkirakan kembali akan mengalami tekanan sejalan dengan meningkatnya perjalanan ke luar negeri, dari terutama kelompok menengah kaya. Hal ini berpotensi menekan neraca transaksi berjalan (TB) kita," ujar Sri Mulyani.

Selain itu, percepatan pengetatan kebijakan moneter the Fed, akan mengakibatkan gejolak pasar keuangan global, mendorong capital outflow, dan pada akhirnya akan menekan neraca transaksi modal dan finansial (TMF) Indonesia. 

"Oleh karena itu, potensi tekanan pada neraca pembayaran kita meningkat di tahun 2023. Hal ini pada gilirannya akan
berdampak pula pada nilai tukar, yield SBN dan inflasi di tahun 2023. Akselerasi transformasi ekonomi diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan dan inklusif pada kinerja pertumbuhan kita," papar Sri Mulyani.

Hal ini ditempuh dengan terus mendorong implementasi agenda reformasi struktural, yaitu peningkatan kualitas SDM, percepatan pembangunan infrastruktur dan perbaikan regulasi dan birokrasi. 

"Upaya penguatan hilirisasi dan revitalisasi industri akan mendorong peningkatan kinerja sektor manufaktur, sementara pengembangan ekonomi digital akan memacu kinerja sektor jasa moderen, khususnya sektor perdagangan serta informasi komunikasi," tutur Sri Mulyani.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut