Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pegawai Bergaji Rp6,2 Juta Bisa Naik Transjakarta hingga MRT Gratis, Simak Syaratnya
Advertisement . Scroll to see content

Tarif LRT Kelapa Gading-Velodrome di Bawah Rp10.000

Senin, 08 Januari 2018 - 10:34:00 WIB
Tarif LRT Kelapa Gading-Velodrome di Bawah Rp10.000
Ilustrasi (Foto: Okezone.com)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – PT Jakarta Propertindo (Jakpro) menyatakan, tarif light rail transit (LRT) di Koridor I meliputi Kelapa Gading- Dukuh Atas diprediksi di bawah Rp10.000. Saat ini progres pembangunan kereta ringan tersebut sudah mencapai 53,71 persen.

”Ini kan proyek penugasan Pemprov DKI Jakarta. Segala infrastruktur dibiayai. Nah, kami cuma operasional untuk peningkatan pelayanannya. Jadi tidak akan lebih dari Rp10.000. Meskipun disubsidi, kami upayakan seminimal mungkin,” ucap Direktur Utama Jakpro Satya Heragandhi, kemarin.

Tarif yang akan diberlakukan pada LRT koridor tersebut belum termasuk subsidi pemerintah. Karena itu, dia berupaya subsidi dilakukan seminimal mungkin.

”Tarif tersebut hitungannya mencapai Dukuh Atas sesuai studi yang sudah ada,” katanya.

Satya menyebutkan, progres pembangunan LRT DKI Jakarta Koridor I Fase A (Kelapa Gading-Velodrome) sudah tahap pemasangan rail. Menurut dia, teknologi pemasangan rail yang berbeda dari metode pada umumnya ini dipastikan bisa jauh lebih cepat penyelesaiannya.

Dia memperkirakan pemasangan akan selesai pada Maret dan diujicobakan pada April mendatang, berbarengan dengan rolling stock yang kini dalam proses pembuatan di Korea.

”Rel yang kita buat itu dilas dulu baru dipasang. Umumnya kan dipasang dulu baru dilas. Kekuatannya lebih kuat dilas dahulu. Rolling stock akan diujicobakan dahulu di Korea pada Februari ini,” kata Satya.

Satya menjelaskan, rolling stock yang dibuat oleh pemenang tender asal Korea, PT Hyundai Rotem, itu akan didatangkan pada April mendatang. Sedikitnya ada 16 gerbong karena satu gerbong memiliki kapasitas sekitar 270 penumpang.

”Gerbong LRT itu enggak perlu lokomotif, maka namanya railway . Satu gerbong berkapasitas 270 penumpang, kalau berdiri padat kayak LRT Jepang bisa 300-an,” ujarnya.

Berbeda dengan gerbong kereta api yang dibawa satu lokomotif, kata Satya, masing-masing gerbong LRT memiliki mesin penggerak tersendiri.

Dia berharap PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang berencana memasang listrik pada Mei mendatang, dapat memajukannya pada April agar uji coba rolling stock bisa dilakukan berbarengan dengan kedatangannya.

Terkait dengan rencana perpanjangan Koridor I dari Dukuh Atas ke Tanah Abang, kata Satya, baru muncul dua bulan lalu dan saat ini masih dalam penyelesaian kajian. Kemungkinan studi tersebut baru selesai pada akhir Januari.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike mengatakan, proyek LRT milik DKI Jakarta itu belum memiliki kajian matang. PT Jakpro sebaiknya mengkaji kembali besaran tarif agar investasi yang diberikan tidak merugi.

Di negara maju, kata Yuke, pembangunan LRT sudah ditinggalkan dan diganti dengan MRT. Sebab daya angkut penumpang MRT mencapai 1.200 orang sekali perjalanan. Sedangkan LRT hanya 600 orang sekali perjalanan. Bahkan, biaya pembangunan MRT hanya selisih kurang lebih 20 peren dari LRT.

 ”Kami secara penuh mendukung moda transportasi massal dibangun, tapi harus matang dan tidak keluar dari rencana induk,” katanya.

Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana meminta agar PT Jakpro bersama Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mematangkan trase LRT yang menjadi kewenangan DKI. Dengan begitu, integrasi moda transportasi tercipta dan tidak berhimpitan dengan moda transportasi lainnya.

Sejauh ini, kata Adit, BPTJ belummemilikirencanainduktransportasi. Padahal BPTJ memiliki kewenangan mengintegrasikan moda transportasi di Jakarta, baik itu fisik ataupun sistem pembayaran dan jadwalnya.

”PT Jakpro dan Pemprov DKI sendiri belum memiliki trase LRT kewenangannya yang akan dibuat. Rencana perpanjangan ke Tanah Abang itu satu contoh belum matangnya kajian trase. Padahal trase itu penting agar moda transportasi terintegrasi,” katanya.

Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Bidang Perkeretaapian itu meminta Pemprov DKI Jakarta menyiapkan dahulu cetak biru keterpaduan moda yang ada di kawasan Tanah Abang serta didahului dengan penataan kawasan itu. Sebab saat ini saja dengan adanya stasiun dan Pasar Tanah Abang, volume pengguna jalan, baik kendaraan bermotor maupun penumpang KRL Commuter Line telah sangat padat dan semrawut.

Selain itu, perlu dimatangkan dahulu konsep rancangan kawasan pengembangan berbasis simpul transportasi massal atau Transit Oriented Development (TOD) yang ada di kawasan Tanah Abang dengan mempertimbangkan adanya perpanjangan jalur LRT menuju Blok G.

”Memang lebih baik fokus dahulu optimasi LRT Kelapa Gading-Velodrom dan rencana kelanjutan perpanjangan ke Duku Atas yang tentu juga perlu upaya sangat besar,” ucapnya. (Bima Setiyadi)

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut