Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Arif Satria Segera Mundur dari Rektor IPB usai Dilantik Jadi Kepala BRIN
Advertisement . Scroll to see content

BRIN Temukan Perbedaan Data Stok Beras Kementan dan Kondisi di Lapangan

Selasa, 27 Februari 2024 - 08:51:00 WIB
BRIN Temukan Perbedaan Data Stok Beras Kementan dan Kondisi di Lapangan
Ilustrasi stok beras. BRIN temukan perbedaan data (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Yanu Endar Prasetyo menilai ada perbedaan data Kementan tentang stok beras dan keadaan di lapangan dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data, stok beras seharusnya surplus.

Namun, hal ini berbeda dengan kondisi di lapangan di mana harga beras melambung tinggi dalam beberapa waktu terakhir dipicu kelangkaan beras di beberapa tempat. Seharusnya, kata Yanu, sisa stok beras di akhir 2023 mencapai 33,73 juta ton. 

"Data total produksi beras selama kurun waktu Januari-Desember 2023 adalah sebesar 30,83 juta ton. Ditambah total beras impor Bulog mencapai 2,9 juta ton, sehingga pada akhir tahun secara akumulatif jumlahnya mencapai  33,73 juta ton," ucap Yanu Yanu dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (26/2/2024).

Lantas, apabila kebutuhan beras dalam setahun sebesar 30,84 juta ton, kata Yanu, ini berarti pada akhir tahun 2024 akan terjadi surplus 2,89 juta ton.

Yanu menjelaskan, tren kenaikan harga beras bermula pada tahun 2022. Kenaikan harga yang cukup signifikan terjadi pada periode September 2022, Februari 2023, dan Oktober 2023.

Kenaikan harga, kata Yanu, terjadi baik untuk beras premium, medium, maupun luar kualitas. Bercermin pada data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras pada September 2022 untuk jenis premium di tingkat penggilingan rata-rata sebesar Rp10,252/kg, lalu pada bulan Februari 2023 naik menjadi Rp11,818/kg, dan Oktober 2023 menjadi Rp13.371/kg.

“Harga beras hingga Januari 2024 cenderung tetap tinggi di kisaran Rp13.662 per kilogram. Ini adalah harga di tingkat penggilingan, tentu saja di tingkat grosir dan konsumen akan lebih tinggi, bisa menyentuh Rp15.000 per kilogram, bahkan terkini mencapai Rp18.000 per kilogram, tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan juga terjadi di Thailand,” ucap Yanu.

Menurut Yanu, pada waktu yang sama, harga beras di Vietnam cenderung stabil. Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO), pada Januari 2024 indeks harga beras global naik 1,2 persen (mtm).

Kembali lagi ke dalam negeri, BRIN menegaskan bahwa kelangkaan pasokan dan tingginya harga beras di pasaran dipengaruhi sejumlah faktor. 

Yanu mengungkap faktor itu di antaranya alih fungsi lahan secara masif, perubahan iklim, demografi seperti usia petani di atas 55 tahun, serta harga pupuk yang tinggi.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut