Terkuak! Ternyata Ini Biang Kerok Harga Beras Tinggi
JAKARTA, iNews.id - Wakil Ketua Perpadi (Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia) Billy Harianto menjelaskan saat ini harga beras di tengah masyarakat dijual tinggi. Hal ini dipengaruhi ongkos produksi beras yang naik.
Menurutnya saat ini harga gabah sudah mencapai Rp6.500 per kg. Jika harga gabah demikian maka harga beras yang tangan pedagang eceran dua kali lipat dari harga gabah tersebut, atau sekitar Rp13.000 per kg.
Billy mengungkapkan harga gabah yang mahal juga disebabkan oleh harga pupuk yang saat ini juga turut mengalami kenaikan. Di samping itu, ketersedian air yang berkurang akibat musim kemarau juga pengaruhi produktivitas pertanian.
Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), akibat El Nino ini volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19 persen, yaitu sebesar 981,5 juta meter kubik air.
Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari penurunan volume air ini adalah berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang pada gilirannya akan mengurangi luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam.
"Memang harus naik (harga beras), biaya produksi mahal, air susah, disini (Jawa Tengah) sudah mulai masuk kemarau lagi," ujar Billy saat dihubungi iNews.id, Sabtu (8/6/2024).
Ditemui secara terpisah, salah seorang pedagang beras eceran di wilayah kawasan industri Jawa Barat, Erlina cukup merasakan dampak dari adanya kenaikan harga beras yang saat ini mulai terjadi.
Erlina menilai kenaikan harga beras saat ini tidak sepadan dengan kemampuan daya beli masyarakat. Pada akhirnya, masyarakat mengkonsumsi beras yang sesuai dengan kemampuan membelinya, meski kualitas beras menurun.
"Makanya kalau yang paling laku itu biasanya ya beras dengan harga Rp10.000, Rp9.500, kalau naik ke harga Rp12.000 ke atas kurang (dibeli). Nah ini sekarang kan beras sedang mahal ya, makanya beras yang Rp10.000 agak jelek (kualitas) biasanya," ucap dia.
Editor: Puti Aini Yasmin