Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kebakaran Hebat Landa Permukiman Padat di Karet Tengsin Jakpus, Belasan Rumah Hangus
Advertisement . Scroll to see content

Tren Investasi Properti Setelah Resesi, Rumah Jadi Primadona

Selasa, 08 Maret 2022 - 18:42:00 WIB
Tren Investasi Properti Setelah Resesi, Rumah Jadi Primadona
Rumah tapak banyak diminati dan menjadi investasi potensial setelah resesi. (Foto: dok iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Tren investasi properti setelah resesi menarik untuk dicermati. Pasalnya, sebagai salah satu kebutuhan primer, properti tetap memiliki peminat meski kondisi resesi umumnya tidak stabil.

Resesi dapat terjadi di negara manapun dengan penyebab beragam. Selama dua tahun terakhir, dunia dilanda resesi akibat dampak pandemi Covid-19. 

Kini dengan pecahnya perang Rusia-Ukraina, dunia juga terancam mengalami resesi yang dipicu oleh kenaikan komoditas energi dan ganguan rantai pasok pada perdagangan antarnegara. 

Namun di saat kondisi yang tidak menentu, terbuka peluang untuk investasi properti. Jika Anda cukup jeli, maka Anda bisa mengetahui tren investasi properti setelah resesi yang diminati masyarakat. 

Pengamat Properti sekaligus Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengungkapkan beberapa tren investasi properti setelah resesi yang dialmi oleh banyak negara termasuk Indonesia. 

"Investasi rumah masih jadi primadona yang bisa menguntungkan baik di saat resesi maupun setelah resesi," kata Panangian saat dihubungi iNews.

Menurut dia, pasar paling dominan untuk properti adalah rumah. Tahun ini, pasar rumah hampir mencapai 85 persen dari keseluruhan bisnis properti di Indonesia. 

Rumah dengan harga di bawah Rp1 miliar sangat diminati oleh pembeli. Dan itu pun dari kalangan milenial yang masih membutuhkan rumah untuk ditempati. 

"Hampir lebih dari 90 persen permintaah rumah merupakan end-user (untuk digunakan sendiri) dari kalangan milenial. Selebihnya 10 persen adalah pembelian dengan tujuan investasi yang juga dilakukan oleh kalangan milenial,” ungkap Panangian.

Sedangkan, tren investasi properti untuk rumah sewaan seperti kost ataupun apartemen memilki pangsa pasar tersendiri. 
 
“Investasi rumah kos tahun ini juga lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu seiring Covid-19. Saat ini, sudah mulai terkendali, sehingga aktivitas perekonomian akan kembali normal, jadi dapat membawa peningkatan permintaan rumah sewa seperti kost atau apartemen, seiring dengan kembalinya tenaga kerja ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan,” ujar Panangian. 

Dia mengungkapkan dibandingkan rumah tapak, apartemen masih belum terlalu diminati.  Hal ini dikarenakan milenial atu pembeli masih menyukai hunian rumah tapak. 

“Sebelum masa Covid-19, pasar apartemen sedang oversupply (kelebihan pasok). Kemudian datangnya Covid-19 semakin memperparah kekosongan apartemen. Sehingga masih memerlukan waktu 1-2 tahun untuk kembali memilki ospek,” tutur Panangian. 

Mengenai tren investasi properti di dunia metaverse, menurutnya belum menarik untuk pasar Indonesia. Namun dia mengingatkan investor properti untuk melakukan analisa sebelum membeli rumah di metaverse.

Dia meminta investor, harus mampu menganalisis apakah harga properti yang ingin dibeli di metaverse bisa mengalami kenaikan dan memberikan keuntungan sesuai harapan. 

Menurut dia, beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan berinvestasi properti di metaverse, yaitu untuk pembelian dari pengembang (primary market), lebih didominasi  pembelian langsung ke lokasi oleh konsumen. 
"Tetapi pembelian dari pemilik perseorangan (secondary market), lebih banyak melalui broker,” ungkap Panangian.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut