Diversifikasi Ekonomi, Arab Saudi Bangun Kota Megah dan Zona Bisnis Senilai USD500 Miliar
JAKARTA, iNews.id - Arab Saudi telah mengumumkan untuk membangun kota baru dan zona bisnis, sebuah proyek yang akan didukung dengan investasi lebih dari USD500 miliar.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan, zona bernama NEOM seluas 10.234 mil persegi itu akan dikembangkan di barat laut, menuju Mesir dan Yordania.
Area ini nantinya akan difokuskan pada sembilan sektor, termasuk teknologi, pangan, energi, dan air. Putra Raja Salman itu memang tengah mengupayakan agar Arab Saudi bisa terbebas dari kebergantungan pada pendapatan minyak.
Pada bulan Agustus, negara Timur Tengah itu meluncurkan proyek pengembangan pariwisata besar-besaran untuk mengubah 50 pulau dan tempat lainnya di Laut Merah menjadi resor mewah.
Namun, dengan sifat Putra Mahkota yang ambisius, justru menimbulkan pertanyaan di publik mengenai seberapa realistis proyek yang dijalankan. Pejabat Saudi mengatakan NEOM akan dibiayai dalam tahun-tahun mendatang oleh negara, investor lokal dan internasional.
"Kontribusi NEOM terhadap PDB kerajaan diproyeksikan mencapai setidaknya USD100 miliar pada tahun 2030, di samping PDB per kapita diproyeksikan menjadi yang tertinggi di dunia," demikian sebuah pernyataan mengatakan, seperti mengutip BBC, Kamis (26/10/2017).
Proyek tersebut ditetapkan untuk menjadi tujuan destinasi yang indah, di pantai Laut Merah dan Teluk Aqaba yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa. Mesir dan Yordania diketahui belum mengomentari proyek baru tersebut.
Arab Saudi, khususnya putra mahkota tengah memiliki visi hingga tahun 2030, di mana melakukan modernisasi dan diversifikasi ekonomi negaranya. Diakui negara tersebut memang membutuhkan kebijakan jangka panjang semacam itu.
Sebagai informasi, minyak menyumbang tiga perempat dari ekspor Saudi dan hampir sebagian besar pendapatan pemerintah berasal dari komoditas energi itu. Harga minyak mentah memang tengah ambruk, dengan harga di bawah setengahnya dari tiga tahun lalu.
Upaya dunia internasional untuk mengatasinya justru berimbas pengurangan pasar bagi produsen terbesar minyak. Perubahan tidak akan datang dalam satu dua tahun untuk menstimulus pasar energi global karena akan membutuhkan waktu dan uang.
Arab Saudi diketahui dalam beberapa bulan terakhir juga melakukan reformasi kebijakan untuk memordenisasi sejumlah hal yang dianggap sudah terlalu konservatif. Bulan lalu Raja Salman mengeluarkan sebuah dekrit yang mengizinkan perempuan mengemudi untuk pertama kalinya.
Editor: Ranto Rajagukguk