Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Deretan 10 Saham Top Gainers Sepekan, Ada yang Naik 94 Persen
Advertisement . Scroll to see content

Bahana Sekuritas Pangkas Proyeksi IHSG Tahun 2019 ke 6.085

Senin, 18 November 2019 - 14:31:00 WIB
Bahana Sekuritas Pangkas Proyeksi IHSG Tahun 2019 ke 6.085
Bahana Sekuritas memangkas proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini. (Foto: iNews.id/Yudistiro Pranoto)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bahana Sekuritas memangkas proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini. Hal ini berdasarkan pengamatan kinerja seluruh emiten hingga kuartal III 2019.

Dari pantauan Bahana Sekuritas terhadap kinerja keuangan sekitar 100 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), secara keseluruhan mencatat kinerja cukup rendah, tercermin dari perolehan laba bersih yang tercatat negatif sebesar 4,2 persen. Capaian ini lebih rendah dari perkiraan Bahana yang semula akan tumbuh positif di kisaran 9 persen.

"Pencapaian ini, membuat Bahana memangkas proyeksi indeks harga saham gabungan atau IHSG ke level 6.085 dari perkiraan semula di level 6.560," kata Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi dalam keterangannya, Senin (18/11/2019).

Bahana memperkirakan, pada kuartal keempat, pertumbuhan laba operasional masih akan tertekan untuk sebagian besar emiten, kecuali untuk emiten sektor rokok, perkebunan dan perbankan. Namun, dengan tren penurunan suku bunga dan rupiah yang menguat, akan membantu laba emiten dari sektor telekomunikasi dan semen. 

Kedua sektor usaha ini dianggap cukup tergantung pada penguatan rupiah karena banyak mengeluarkan biaya dalam dolar. Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) itu memperkirakan, laba bersih emiten akan mengalami pertumbuhan sekitar 2-3 persen untuk keseluruhan 2019.

Beberapa risiko yang patut dicermati pada sisa tahun ini salah satunya adalah realisasi penerimaan pajak selama delapan bulan pertama 2019, yang masih tercatat sebesar 51 persen dari target APBN 2019 yang ditetapkan sebesar Rp1.577,56 triliun.

"Hal ini bisa berdampak pada tertundanya belanja pemerintah yang bisa mempengaruhi emiten konstruksi, perbankan dan telekomunikasi yang terkait dengan proyek pemerintah," ujar Lucky.

Dalam catatan Bahana dari kinerja keuangan 100 emiten yang diamati, secara keseluruhan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,6 persen untuk periode Januari-September 2019. Hal ini terutama ditopang oleh sektor perbankan, semen, kesehatan dan obat-obatan, sedangkan sektor konstruksi, perkebunan dan properti membukukan kinerja negatif.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, marjin laba kotor tercatat rata-rata pertumbuhan sebesar 2,9 persen secara tahunan dengan kinerja dari sektor konsumer. Ini dikontribusi dari PT Gudang Garam dan PT Indofood CBP, sedangkan emiten dari sektor perkebunan, konstruksi dan unggas membukukan kinerja negatif.

Sedangkan laba operasional hanya tumbuh sebesar 1,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, karena turunnya kinerja emiten dari sektor unggas, perkebunan dan konsumer. "Ke depan, dengan adanya rencana pemerintah untuk memotong pajak penghasilan perusahaan, diperkirakan akan ada potensi pembayaran dividen yang lebih besar dari BUMN seperti dari PT Telekomunikasi Indonesia yang memiliki arus kas yang besar dengan rasio utang terhadap modal yang rendah," ujar Lucky.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI) dengan tingkat kecukupan modal yang tinggi serta dengan tingkat provisi yang semakin berkurang diperkirakan membukukan kinerja positif sampai akhir tahun.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut