Baru IPO, Saham Adaro Minerals Melesat 35 Persen Sentuh Auto Reject Atas

JAKARTA, iNews.id - Harga saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menguat pada perdagangan di hari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO), Senin (3/1/2022). Saham ADMR terpantau langsung melesat 35 poin atau 35,00 persen ke Rp135 per saham atau menyentuh auto reject atas (ARA).

Hingga pukul 09:30 WIB, harga sama anak usaha Adaro Energy (ADRO) ini masih bertahan di area tersebut dengan transaksi sebanyak 96,6 juta lembar saham senilai Rp10,6 miliar. Namun, investor asing terpantau melakukan aksi jual ADMR akumulatif sebanyak Rp6,49 miliar di seluruh pasar.

Baca Juga

Bahlil Ungkap Penyebab Blok Masela Tak Kunjung Produksi Setelah 26 Tahun

Sebagai catatan, Adaro Minerals menerbitkan sekitar 6.048.580.000 saham baru melalui penawaran umum perdana (IPO). Jumlah tersebut setara dengan 15 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.

Berdasarkan prospektusnya, perseroan menetapkan harga perdana Rp100 per saham. Dengan demikian, perseroan diperkirakan bakal meraup dana segar mencapai Rp604,86 miliar.

Baca Juga

Intip Profil Adaro Minerals Indonesia, Perusahaan IPO Pertama di 2022

ADMR merupakan Perseroan yang bergerak di pertambangan batu bara metalurgi melalui Perusahaan Anak, jasa pertambangan dan konsultasi manajemen.

Baca Juga

Harga Produk IKEA Bakal Naik 9 Persen Tahun Ini

Dalam menjalankan usahanya, Perseroan dan Perusahaan Anaknya didukung dengan rantai pasokan yang terintegrasi dari tambang hingga ke stockpile dan transshipment area.

Dalam menjalankan kegiatan usaha pertambangan dan perdagangan batu bara metalurgi tersebut, masing-masing dari 5 Perusahaan Anak mempunyai konsesi tambang berdasarkan PKP2B yang berlokasi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan total luas 146.579 hektar.

Baca Juga

Adaro Energy (ADRO) Bakal Bagi Dividen Interim Rp5 Triliun

Pada tahun 2020, entitas anak perseroan memproduksi batu bara sebesar 1,88 juta ton, atau 70 persen di atas produksi pada tahun 2019 yang mencapai 1,1 juta ton.

Seluruh batu bara yang diproduksi pada tahun 2020 merupakan batu bara metalurgi jenis Hard Coking Coal (HCC) dari konsesi Maruwai yang memulai produksi pada tahun 2019. Per tanggal 31 Agustus 2021, keseluruhan konsesi PKP2B tersebut memiliki sumber daya sebesar 980,0 juta ton dan cadangan sebesar 170,7 juta ton batubara metalurgi yang berkualitas tinggi.

Baca Juga