BI Akan Terbitkan SBI, Menko Darmin Nilai Dapat Tarik Investor Asing
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan instrumen investasi berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam waktu dekat. Hal ini guna menarik investor asing agar mengalirkan dananya ke Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, SBI ini dapat menambah daya tarik Indonesia di mata investor. Bahkan, jika ada investor yang ingin menarik dananya dari Indonesia kemudian melihat BI mengeluarkan SBI maka kemungkinan akan mengubah pikirannya dan menaruh kembali dananya ke instrumen investasi ini.
"Mestinya, harusnya ada (dampaknya). Artinya tadinya orang merasa dia mau keluar, bisa saja daripada keluar ya dia beli. Kalau dia percaya kemudian BI bisa menjamin," ujarnya di kantornya, Jakarta, Jumat (20/7/2018).
SBI ini sebelumnya pernah diterbitkan BI namun dihentikan penerbitannya dan digantikan dengan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). Namun kini SBI diterbitkan lagi menurutnya karena BI melihat SBI lebih likuid dari SDBI.
“Melihat situasi. Kalau SBI itu benar-benar likuid, bisa dipake untuk instrumen investasi,” kata Darmin.
Sementara, degan situasi saat ini pemerintah maupun BI perlu memberikan ruang bagi investor untuk tertarik masuk. Sebab, dengan adanya normalisasi kebijakan Amerika Serikat (AS) arus modal asing di negara-negara berkembang seperti Indonesia mulai kembali ke AS.
“Maka kemudian dicoba untuk BI untuk menyediakan instrumen investasi lebih banyak. Instrumen moneter itu kan, sekaligus juga untuk memelihara, mengatur likuiditas dalam perekonomian,” ucapnya.
Ia melanjutkan, dengan alasan tersebut BI menilai perlu menambah instrumen investasi di Indonesia. “Sebenarnya dia menarik uang orang tetapi kalau dia menarik SBI nya itu sebenarnya dia menambah uang di masyarakat,” ucapnya.
Kendati demikian, menurut dia Surat Berharga Negara (SBN) juga memiliki fungsi yang sama seperti SBI. Hanya saja SBN memiliki tenor dan imbal hasil (yield) yang lebih beragam sehingga SBI terlihat lebih sederhana dengan tenor yang hanya enam bulan dan 12 bulan.
“Lebih simpel. Jadi sudahlah itu mestinya tidak banyak dampaknya ada atau tidak ada itu paling paling membuat intrumen aja,” tutur dia.
Editor: Ranto Rajagukguk