Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Analisis Dampak Perjanjian Tarif AS–Indonesia pada Neraca Perdagangan
Advertisement . Scroll to see content

CORE: Defisit Transaksi Berjalan Berpotensi 3 Persen terhadap PDB

Sabtu, 28 Juli 2018 - 21:11:00 WIB
CORE: Defisit Transaksi Berjalan Berpotensi 3 Persen terhadap PDB
Ilustrasi. (Foto: Shutterstock)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) selama 2018 sebesar 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Angka tersebut jauh melebar dibandingkan dua tahun sebelumnya, 2017 sebesar 17,5 miliar dolar AS dan 2016 sebesar 16,3 miliar dolar AS.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan, angka perkiraan ini memang masih aman karena di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, dengan tekanan global tahun ini yang belum selesai dapat mendorong capital outflow yang lebih besar sehingga dapat membatasi surplus perdagangan.

"Artinya ada potensi CAD pada akhir tahun akan mendekati 3 persen PDB. CAD sebesar 2,5 persen sebenarnya masih relatif aman. Tapi semakin dekat dengan batas yang dianggap berbahaya yaitu 3 persen PDB," ucapnya kepada iNews.id, Sabtu (28/7/2018).

Jika hal ini terjadi maka akan lebih sulit mengendalikan nilai tukar rupiah yang sejak awal tahun terus melemah di atas level Rp14.000 per dolar AS. Dengan demikian, pemerintah dan BI harus berupaya lebih keras untuk menahan CAD agar tidak semakin melebar.

Proyeksi BI kemarin lebih memburuk dibanding Maret lalu di mana CAD akan sekitar 2,3 persen dari PDB di 2018. Angka tersebut saja sudah lebih buruk dari tahun lalu yang hanya sekitar 1,7 persen dari PDB.

"CAD yang defisit itu sudah karakteristik ekonomi kita. Sudah biasa CAD, setiap tahun pasti defisit. Yang jadi masalah adalah dinamikanya, berapa persen defisitnya," kata dia.

Menurut dia, pelebaran CAD ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia sedang mengalami tekanan yang berat. Pasalnya, CAD mencerminkan adanya ketidakseimbangan yamg tidak hanya di trade balance tapi juga di neraca modal.

"Seperti kita ketahui arus modal keluar yang terjadi selama semester I ini sangat besar. Ini yang kemudian tercermin di current account defisit," ucapnya.

Sementara itu, Ekonom CORE Muhammad Faisal mengatakan, pemerintah dan BI harus mendorong surplus perdagangan barang dengan meningkatkan daya saing ekspor dari produk manufaktur. Selain itu juga menekan defisit perdagangan jasa dengan meningkatkan sektor pariwisata.

"(Melebarnya CAD) karena lonjakan defisit di perdagangan barang akibat pertumbuhan ekspor yang lambat sementara terjadi lonjakan impor karena kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah," tutur Faisal.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut