Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Apa Benar Alat Tes TBC INDIGEN dari PCR Covid-19? Ini Faktanya!
Advertisement . Scroll to see content

Ekonomi China Diguncang Covid-19 Varian Delta

Kamis, 02 September 2021 - 15:10:00 WIB
Ekonomi China Diguncang Covid-19 Varian Delta
Ekonomi China diguncang Covid-19 varian delta
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Perekonomian China mandek bulan ini karena negara itu dalam upaya untuk menghentikan lonjakan kasus Covid-19 dan menghadapi krisis pengiriman barang. 

Survei resmi menunjukkan aktivitas manufaktur (PMI) China pada Agustus turun menjadi 50,1 dari bulan sebelumnya 50,4. Meski masih menunjukkan ekspansi, tetapi termasuk pertumbuhan paling lambat sejak pandemi Covid-19. 

Industri jasa yang selama ini menjadi kontributor besar terhadap ekonomi terbesar kedua dunia itu bernasib lebih buruk. PMI non-manufaktur jatuh ke 47,5 pada Agustus dari 53,3 pada Juli lalu. Ini merupakan kontraksi pertama yang diderita negara Tirai Bambu sejak Februari 2020. 

Ekonomi China pada awalnya berhasil mengatasi pandemi jauh lebih baik dibanding negara lainnya, dengan mencatatkan pertumbuhan pada tahun lalu di tengah sejumlah negara yang mengalami kontraksi. Namun dampak dari Covid-19 varian Delta dan strategi nol kasus Covid di China telah menimbulkan malapetaka dalam beberapa pekan terakahir. 

Kasus Covid-19 terburuk di negara itu dalam setahun ini mendorong pemerintah mengambil tindakan dramatis untuk menghentikannya, termasuk melakukan lockdown, membatalkan penerbangan, dan menangguhkan perdagangan. Strategi agresif dan tanpa kompromi dengan mengorbankan kegiatan ekonomi ini telah menahan penyebaran varian Delta.

"Survei terbaru menunjukkan ekonomi China mengalami kontraksi pada bulan lalu dampak dari virus Corona yang sangat membebani aktivitas layanan," kata ekonom senior China, Julia Evans-Pritchard dalam catatan penelitiannya, dikutip dari CNN, Kamis (2/9/2021).

Dia menambahkan, penurunan PMI non-manufaktur sepenuhnya didorong oleh gangguan di sektor jasa karena pembatasan aktivitas yang kembali diberlakukan dan konsumen menjadi lebih berhati-hati di tengah wabah varian Delta.

Masalah pada rantai pasokan global telah memperburuk keadaan. Perdagangan global berada dalam kekacauan selama berbulan-bulan karena produksi manufaktur meningkat serta permintaan melonjak, dan rantai pasokan semakin terganggu oleh kurangnya kontainer, penutupan pabrik terkait Covid-19 di Vietnam dan efek penutupan pelabuhan di China.

"Lalu ada tanda-tanda kekurangan pasokan, dengan waktu pengiriman yang semakin panjang, sementara perusahaan terus mengurangi persediaan bahan baku mereka," tulis Evans-Pritchard.

Kasus Covid-19 dan kendala pengiriman bukan hanya masalah yang dihadapi China. Pemerintah setempat juga mulai melakukan tindakan keras secara besar-besaran terutama di bidang teknologi dan pendidikan. 

"Ini memberi kekhawatiran ketenagakerjaan pada mereka yang terkena dampak dan kepercayaan konsumen yang lebih luas karena kekhawatiran akan intervensi yang lebih besar meningkat," tulis Jeffrey Halley, analis pasar untuk Asia Pasifik di Oanda.

Sementara itu, Evans-Pritchard memperkirakan sebagian besar pelemahan yang dilaporkan akan berbalik pada September karena kasus Covid di China mulai terkendali. Namun dia mengatakan, kekhawatiran lain tetap ada, menunjuk pada kondisi kredit yang ketat.

"Melihat volatilitas yang disebabkan oleh wabah virus China baru-baru ini, ekonomi tampaknya akan kembali pulih," ujarnya.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut