Fokus Pengalaman Alasan Milenial Ogah Investasi Jangka Panjang
JAKARTA, iNews.id - Milenial dianggap sebagai generasi yang tidak memprioritaskan investasi jangka panjang. Pasalnya, generasi ini berbeda dengan pendahulunya karena lebih suka memperbanyak pengalaman.
Perencana Keuangan Safir Senduk mengatakan, generasi milenial tidak menganggap security asset sebagai suatu hal yang wajib dimiliki. Milenial lebih senang travelling atau mengunjungi tempat-tempat yang bagus.
"Milenial value-nya beda, mementingkan pengalaman dan lifestyle. Pulang ke Jepang tidak ada duit tidak masalah yang penting pengalamannya. Gaya hidup seperti nongkrong di tempat fancy biar bisa di-post di social media," ujarnya saat berkunjung ke kantor iNews.id, beberapa waktu lalu
Namun, prinsip hidup seperti ini dinilai generasi sebelumnya, yaitu orangtuanya sebagai hal yang mengerikan. Pasalnya, penghasilan dari kerja keras dihabiskan untuk kegiatan yang tidak berbentuk fisik seperti rumah, tanah, saham, atau emas.
"2019 saya liat generasi milenial mereka tidak lagi menganggap security asset penting. Oleh karenanya, 2019 akan makin banyak orang tidak punya rumah sendiri. Beda dengan standar orangtua jaman dulu," ucapnya
Namun, generasi milenial ini tidak bisa dipaksa untuk harus berinvestasi menuruti keinginan generasi pendahulunya. Sebab, investasi fisik seperti rumah di zaman sekarang sangat sulit direalisasikan.
"Kasihan generasi milenial kalau orangtua mengharuskan beli rumah karena harganya sudah kemahalan buat mereka. Harga rumah sekarang itu harga persepsi, tidak masuk akal. Ini hanya akan menyusahkan mereka," ucapnya.
Menurut dia, hal ini tidak masalah selama milenial mau menyisihkan 10-30 persen penghasilannya untuk ditabung. Penyisihan ini harus dilakukan lebih awal sebelum uang penghasilan dipakai untuk hal yang lain.
Sebab, dengan prinsip dan gaya hidup demikian membuat milenial cenderung lebih boros dalam menghabiskan penghasilannya. Sementara, setiap orang harus memiliki tabungan sebagai dana cadangan di masa depan.
"Investasi di depan. Harus dipaksa, tidak usah dihitung-hitung lagi sudah nabung berapa. Minimal yang single nabung 10-30 persen dari penghasilan, sisanya terserah mau dipakai untuk apa," kata dia.
Editor: Ranto Rajagukguk