Kaleidoskop 2022: IHSG Cetak Rekor Tertinggi ke 7.318 hingga Investor Pasar Modal Tembus 10 Juta
JAKARTA, iNews.id - Tahun 2022 akan berakhir dalam beberapa hari lagi. Sepanjang tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan sejumlah kinerja positif.
Sepanjang 2022, IHSG beberapa kali menyentuh rekor tertinggi atau all time high (ATH). IHSG juga tercatat mengalami pertumbuhan hingga 19 Desember 2022.
Selain itu, terdapat 59 perusahaan yang tercatat melantai di Bursa selama tahun ini.
Berikut rangkuman kaleidoskop 2022 IHSG:
Sepanjang 2022, IHSG beberapa kali menyentuh rekor tertinggi atau all time high (ATH). Pada 21 April lalu, IHSG menyentuh ATH di level 7.276,19. Lalu, pada 13 September 2022 IHSG kembali menembus ATH di level 7.318,01.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga 19 Desember 2022, IHSG telah merangkak naik 3,01 persen secara year to date (ytd) atau 198,22 poin. Capaian ini membuat pasar modal dalam negeri menjadi salah satu pasar modal dengan kinerja terbaik di ASEAN.
Secara ytd, total volume saham yang diperdagangkan hingga 19 Desember 2022 tercatat sebanyak Rp5 triliun, dengan nilai transaksi sebesar Rp2.965 triliun dan diperdagangkan sebanyak 312,89 juta kali.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, nilai kapitalisasi pasar modal di tanah air menjadi yang terbesar di antara negara-negara ASEAN per 22 November 2022. Adapun kapitalisasi pasar Bursa menyentuh Rp9.432 triliun.
Untuk kapitalisasi pasar saham terbesar diisi oleh emiten dengan sektor beragam. Mulai dari perbankan hingga pertambangan, perusahaan ini berhasil dikatakan sebagai emiten elite.
Per Desember 2022, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berhasil masuk deretan emiten dengan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI. Nilai kapitalisasi pasar (market cap) Adaro hingga perdagangan Senin (19/12/2022) mencapai Rp127 triliun.
Adaro yang merupakan emiten batu bara menyusul kesuksesan emiten batu bara lainnya, yaitu PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Berdasarkan data terbaru BEI, Bayan Resources berada di market cap Rp471 triliun.
Adapun peringkat pertama masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan market cap mencapai Rp1.066 triliun. Disusul market cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp752 triliun di urutan kedua dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp467 triliun di tempat ketiga.
Urutan keempat ditempati PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan market cap Rp368 triliun, dan urutan kelima PT Astra International Tbk (ASII) dengan market cap Rp230 triliun.
Berdasarkan data BEI, hingga 15 Desember 2022 tercatat sebanyak 59 perusahaan telah resmi mencatatkan sahamnya di bursa. Adapun, PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) menjadi perusahaan terakhir yang melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di tahun ini.
Dari beberapa perusahaan yang mencatatkan sahamnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi perusahaan dengan raihan dana IPO terbesar tahun ini, yakni mencapai Rp13,73 triliun, disusul oleh PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli dengan dana IPO sebesar Rp7,99 triliun.
Emiten lain yang juga meraup dana IPO besar pada tahun ini antara lain, PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) sebesar Rp1 triliun, PT Jayamas Medica Industri Tbk (OMED) sebesar Rp828 miliar, serta PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan dana hasil IPO sebesar Rp660,71 miliar.
Selain emiten dengan dana hasil IPO terbesar, di tahun ini terdapat sejumlah emiten dengan dana hasil IPO terkecil antara lain, PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC) yang sebesar Rp20,25 miliar, kemudian PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) sebesar Rp23 miliar, PT Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) sebesar Rp24 miliar, PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk (KKES) sebesar Rp31,50 miliar, dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) sebesar Rp32,40 miliar.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor pasar modal mencapai 10,42 juta investor per 16 Desember 2022. Angka ini tumbuh 36,7 persen dibanding akhir 2021 sebanyak 7,49 juta investor.
Dari angka 10 juta investor, komposisinya adalah 4,42 juta investor memiliki aset saham, surat utang dan efek lainnya, 9,53 juta investor memiliki aset reksa dana dan 826.000 investor memiliki aset surat berharga negara (SBN).
Editor: Aditya Pratama