Kurs Rupiah Tembus Rp14.000, Menko Darmin: Jangan Terlalu Dirisaukan
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali melemah di level Rp14.090 per dolar Amerika Serikat (AS). Pada sesi terakhir sebelumnya atau tepatnya 8 Juni 2018, rupiah sempat menetap ke Rp13.923 per dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan rupiah tidak perlu dirisaukan. Pasalnya, suku bunga Fed Fund Rate telah naik 25 basis poin menjadi 2 persen, bahkan memberikan sinyal kenaikan dua kali lagi tahun ini.
"Karena kan bunga disananya bergerak. Jangan terlalu dirisaukan, nanti juga tenang lagi," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Kamis (21/6/2018).
Meski demikian, defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang diperkirakan melebar pada kuartal II 2018 harus segera diperbaiki. Selain itu, neraca perdagangan juga perlu diatasi di mana ekspor harus lebih besar dari impor.
"Sebenarnya CAD banyak negara yang CAD, kita dua tiga bulan yang lalu. Bukan cuma current account-nya tapi neraca pedagangannya juga," ujarnya.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.10 WIB, rupiah turun 161 poin atau 1,16 persen menjadi Rp14.093 per dolar AS. Saat bel pembukaan perdagangan, rupiah bergerak ke Rp14.090 per dolar AS. Pada sesi perdagangan pagi, rentang pergerakan rupiah Rp14.010-14.093 per dolar AS.
Adapun Yahoo Finance mencatat, rupiah melemah 156 poin atau 1,12 persen menjadi Rp14.079 per dolar AS. Di awal sesi, rupiah sempat bergerak ke Rp13.925 per dolar AS.
Ia melanjutkan, greenback yang masih dalam basis penguatan hingga 1 persen membuat mata uang Garuda anjlok. Apalagi Indonesia baru saja mengalami libur panjang Lebaran sehingga instansi pemerintahan yang seharusnya jaga fundamental rupiah tidak dapat bekerja.
"Bahwa dia (dolar AS) naik 1 persennya itu memang agak lebih ditambah karena kita liburnya lebih banyak. Orang tidak tahu nih gimana situasinya, dia hantam saja di hari pertama kerja," ucap Darmin.
Namun, ia optimistis nilai tukar rupiah akan kembali membaik seiring dengan berubahnya fundamental global. "Gini lho fundamental itu juga bisa berubah dengan berubahnya tatanan globalnya. Ya oleh karena itu, jangan dianggap itu sudah akhir cerita lalu saya juga berubah lagi," tutur dia.
Editor: Ranto Rajagukguk