Laba Bersih BTN 2022 Naik 28 Persen jadi Rp3,04 Triliun
JAKARTA, iNews.id - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membukukan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar Rp3,04 triliun. Angka ini naik 28,15 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp2,37 triliun.
“Peningkatan tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, perbaikan proses bisnis dan kualitas kredit, serta kenaikan simpanan,” kata Direktur Utama BBTN Haru Koesmahargyo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (16/2/2023).
Kredit dan pembiayaan yang tumbuh solid menjadi penopang perolehan laba bersih perseroan. Adapun kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53 persen secara tahunan menjadi Rp298,28 triliun dari sebelumnya Rp274,83 triliun.
Sementara kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis BTN. Secara total, KPR di BTN tumbuh 9,23 persen secara tahunan menjadi Rp233,68 triliun per 31 Desember 2022.
KPR subsidi tumbuh 11,61 persen secara tahunan menjadi Rp145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan capaian ini, BTN masih memimpin pasar KPR subsidi dengan pangsa mencapai 83 persen.
Di samping akselerasi pada kredit, BTN juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,77 persen yoy dari Rp295,97 triliun menjadi Rp321,93 triliun per 31 Desember 2022. Peningkatan DPK tersebut didorong kenaikan dana murah (current account savings account/CASA) perseroan sebesar 19,13 persen yoy menjadi Rp156,2 triliun pada akhir Desember 2022. Dengan peningkatan tersebut, biaya dana (cost of fund/CoF) perseroan turun 53 basis poin (bps) yoy dari 3,13 persen pada akhir 2021 menjadi 2,6 persen.
Penurunan biaya dana juga ikut mengerek turunnya beban bunga (interest expense) hingga 14,94 persen yoy pada akhir tahun lalu. Dengan kinerja positif kredit dan DPK, aset bank yang berfokus pada pembiayaan rumah rakyat ini naik 8,14 persen yoy dari Rp371,86 triliun menjadi Rp402,14 triliun per 31 Desember 2022.
“Capaian kinerja tersebut juga disumbang oleh dukungan besar pemerintah, dalam mendorong penyediaan rumah rakyat yang layak huni dan terjangkau di Indonesia,” ujar Haru.
Dengan adanya penambahan modal dari pemerintah, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perseroan akhir tahun lalu tercatat mencapai 16,13 persen atau naik 233 basis poin (bps). Perbaikan proses bisnis turut menekan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross perseroan tercatat sebesar 32 basis poin secara tahunan menjadi 3,38 persen.
Sementara rasio pencadangan atau coverage ratio perseroan pun tetap naik sebesar 1.383 bps secara tahunan menjadi 155,65 persen hingga akhir tahun lalu.
“Pertumbuhan bisnis tersebut juga diimbangi dengan penguatan modal, perbaikan kualitas serta peningkatan pencadangan, sehingga bisnis Bank BTN diharapkan terus tumbuh berkelanjutan,” tutur Haru.
Lebih lanjut, hingga akhir tahun lalu, loan to deposit ratio (LDR) Bank BTN juga tetap stabil di level 92,65 persen. Di samping itu, rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) tercatat berada di level yang sehat sebesar 238,5 persen.
Editor: Jujuk Ernawati