Normalisasi Kebijakan AS, Dana Asing Keluar dari RI Rp157 Triliun
JAKARTA, iNews.id - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat dana asing yang keluar (capital outflow) dari Indonesia periode Januari-Juli 2018 mencapai Rp157 triliun. Hal ini merupakan efek dari perubahan kebijakan perekonomian Amerika Serikat (AS).
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan, selain kebijakan ekonomi, AS juga mengubah strateginya dalam menghadapi negara lain. Dengan demikian, arah persepsi keseimbangan global menjadi terganggu karena negara-negara mengalkulasi ulang strateginya masing-masing.
"Dampaknya terjadi arus modal kembali ke AS. Indonesia juga salah satu yang terkena. Sekitar Rp157 triliun keluar dari Januari ke Juli dana dari Indonesia kembali ke AS," ujarnya dalam konferensi pers di Equity Tower, Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Ia melanjutkan, dengan baliknya arus modal ke AS membuat greenback (dolar AS) menguat karena banyaknya pemegang mata uang tersebut. Namun, Indonesia terbilang cukup beruntung dengan fundamental ekonomi yang dinilai investor lebih baik sehingga pelemahan rupiah tidak separah negara lain.
"Tapi kita beruntung karena Indonesia fundamentalnya lebih baik tidak separah dari Turki, Brazil, dan Afrika Selatan. Jadi kita relatif lebih baik," kata Halim.
Saat ini, Presiden AS Donald Trump memang sedang giat-giatnya memperbaiki perekonomian AS. Salah satunya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mementingkan keuntungan negaranya sendiri tanpa memedulikan negara lain.
"Amerika menerapkan strategi Make America First. Ekonomi AS lebih mentingin dia duluan. Akibat perubahan starategi ini persepsi usaha di masyarakat AS memang jadi lebih positif tapi negara lain kita kalah, termasuk Indonesia," ucapnya.
Menurut dia, Indonesia jangan hanya memikirkan perang dagang yang dilakukan AS tapi harus melihat strategi secara keseluruhan. AS memiliki senjata pamungkas berupa surat berharga yang punya permintaan tak terbatas dari investor.
"Jadi jangan hanya lihat itu (perang dagang) tapi lihat secara keseluruhan. Dia punya unlimited permintaan akan surat berharganya AS, itu yang jadi kekuatannya sebagai negara nomor satu di dunia," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk