Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BI Dikabarkan Jual 11 Ton Cadangan Emas Batangan, Ada Apa?
Advertisement . Scroll to see content

Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.251, Ini Faktor Pendorongnya

Selasa, 09 Juli 2024 - 16:53:00 WIB
Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.251, Ini Faktor Pendorongnya
ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini menguat (Foto: iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini, Selasa (9/7/2024) kembali ditutup menguat tipis 7 poin atau 0,04 persen ke level Rp16.251. Sebelumnya, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.305 per dolar AS.

Menurut Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi dolar AS dipengaruhi data yang lemah di pasar tenaga kerja. Hal ini membuat para pedagang bertaruh bahwa Powell akan memberikan pernyataan dovish selama dua hari kesaksiannya di hadapan Kongres, yang akan dimulai pada hari Selasa nanti.

"Meskipun Powell baru-baru ini mencatat kemajuan menuju disinflasi, ia juga mengatakan bahwa The Fed masih memerlukan kepercayaan lebih untuk mulai menurunkan suku bunga," ucap Ibrahim dalam risetnya, Selasa (9/7/2024).

Selain Powell, lebih banyak pejabat Fed juga akan memberikan pidatonya minggu ini. Data utama inflasi indeks harga konsumen juga tersedia, dan kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga The Fed.

Para pedagang saat ini menetapkan peluang sekitar 76 persen  untuk penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September, naik dari 64 persen pada minggu lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Sentimen terhadap Tiongkok tetap tegang setelah Uni Eropa memberlakukan tarif tinggi terhadap impor kendaraan listrik Tiongkok. Pasar mengamati adanya pembalasan dari Beijing, terutama ketika para pejabat mengisyaratkan kemungkinan perang dagang mengenai tarif.

Saham-saham Tiongkok sebagian besar tertinggal dari rekan-rekan mereka sepanjang bulan Juni karena optimisme terhadap pemulihan ekonomi di negara tersebut semakin tipis di tengah pembacaan perekonomian yang tidak terlalu signifikan. 
Fokus minggu ini adalah pada pembacaan perdagangan dan inflasi dari Tiongkok untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai negara tersebut.

Dari sentimen internal, pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan melebar menjadi 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau mencapai Rp609,7 triliun pada akhir 2024. 
Proyeksi defisit tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan target awal dalam APBN 2024 yang sebesar Rp522,8 triliun atau setara dengan 2,29 persen dari PDB.

Defisit tersebut dikarenakan belanja negara yang diperkirakan melonjak mencapai sebesar Rp3.412,2 triliun pada akhir 2024, dari pagu awal sebesar Rp3.325,1 triliun. Sementara itu, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp2.802,5 triliun pada akhir 2024, naik tipis dari target awal Rp2.802,3 triliun.

Dengan perkembangan tersebut, pembiayaan anggaran untuk menutup tambahan defisit tersebut diperkirakan sebesar Rp609,7 triliun. 
Oleh karena itu, pemerintah akan menambah utang baru untuk menutup selisih defisit tersebut melalui tambahan penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun, bukan lewat utang baru.  Namun melalui penerbitan surat berharga Negara (SBN) hingga akhir 2024 akan tetap rendah.

Sebelumnya, pemerintah pada tahun 2022 dan 2023 mampu mengumpulkan saldo anggaran lebih (SAL) yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan saat ini, di tengah kondisi suku bunga global yang cenderung tinggi.

Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp16.270 - Rp16.330.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut