Saham CrowdStrike Anjlok 2 Hari Berturut-turut Imbas Gangguan IT Global
NEW YORK, iNews.id - Saham CrowdStrike Holdings Inc (CRWD) anjlok 13 persen pada penutupan perdagangan hari Senin waktu setempat. Hal ini terjadi setelah analis Wall Street menurunkan peringkat saham tersebut di tengah kekhawatiran atas dampak finansial akibat gangguan IT global pada minggu lalu.
Mengutip Reuters, saham CrowdStrike diperdagangkan di level 265,24 dolar AS pada hari Senin, menyusul penurunan harga sebesar 11 persen pada Jumat. Setidaknya enam broker memangkas target harga saham CrowdStrike.
“Peristiwa ini yang terjadi secara global kemungkinan akan berdampak pada kinerja keuangan dan operasional CrowdStrike. Waktu yang dihabiskan untuk pengendalian kerusakan sama dengan waktu yang dihabiskan untuk tidak melakukan penjualan,” ujar Analis JP Morgan dikutip, Selasa (23/7/2024).
Meskipun sebagian besar analis memperkirakan CrowdStrike akan pulih dari insiden tersebut mengingat posisinya dalam industri ini, kekhawatiran seputar penurunan reputasi, dampak terhadap kontrak pelanggan baru, persaingan, dan kemungkinan perselisihan hukum tetap masih ada.
"Kami tidak percaya hal ini akan berdampak signifikan terhadap pembaruan, setidaknya tidak dalam jangka pendek. Namun, kami pikir hal ini setidaknya akan menunda penandatanganan kesepakatan atau bahkan menyebabkan kerugian dalam kesepakatan dengan klien baru," ucap Analis Guggenheim.
Pembaruan buruk CrowdStrike pada sistem keamanan perangkat lunak membuat komputer yang ditenagai oleh sistem operasi Microsoft Windows rusak, sehingga mengganggu layanan internet di seluruh dunia.
Kejadian ini turut memengaruhi banyak industri secara global, termasuk maskapai penerbangan, perbankan, dan layanan kesehatan.
Microsoft menyampaikan bahwa sekitar 8,5 juta perangkat Windows atau kurang dari 1 persen dari seluruh sistem operasi terpengaruh akibat gangguan tersebut.
Layanan di seluruh industri secara bertahap kembali pulih pada hari Jumat. Namun, dampak yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana menghindari situasi seperti itu di masa depan.
Editor: Aditya Pratama