Siapa Pemilik Saham DADA yang ARB 4 Hari Berturut-turut
JAKARTA, iNews.id - Saham DADA yang ARB 4 hari berturut-turut sedang menjadi sorotan tajam di pasar modal Indonesia. Banyak investor bertanya siapa pemilik saham DADA yang berada di balik gejolak harga tersebut? Dalam artikel ini, kita akan membahas latar belakang kepemilikan saham DADA, aksi pengendali, dugaan manipulasi, serta potensi risiko dan peluangnya bagi investor.
Dalam beberapa hari terakhir, saham DADA (PT Diamond Citra Propertindo Tbk) tercatat mengalami auto reject bawah (ARB) selama empat hari berturut-turut. Pergerakan ekstrem ini memicu spekulasi besar di kalangan investor dan analis pasar modal.
Pada periode tersebut, harga saham DADA mengalami tekanan jual besar dengan antrean panjang di kolom offer setiap kali menyentuh batas ARB. Analis menilai bahwa fenomena ini sulit dijelaskan hanya dengan faktor fundamental perusahaan. Oleh karena itu, muncul dugaan bahwa aksi pengendali saham ikut memengaruhi arah pergerakan harga.
Sebelum membahas lebih jauh soal DADA, penting untuk memahami istilah ARB.
ARB adalah singkatan dari Auto Reject Bawah, yaitu mekanisme otomatis di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang membatasi penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan. Mekanisme ini dibuat untuk melindungi investor dari kejatuhan harga yang terlalu drastis akibat panic selling atau aksi spekulatif.
Misalnya, jika saham DADA sebelumnya ditutup di harga Rp100, maka pada hari berikutnya harga tidak bisa turun lebih dari batas ARB yang ditentukan BEI. Batas ini berbeda tergantung pada rentang harga saham:
Saham dengan harga di bawah Rp200 memiliki batas ARB maksimal 35%.
Saham antara Rp200 – Rp5.000 memiliki batas ARB 25%.
Saham di atas Rp5.000 memiliki batas ARB 20%.
Jika harga saham turun mencapai batas bawah tersebut, sistem perdagangan otomatis menghentikan penurunan lebih lanjut. Namun, ketika antrean jual (offer) sangat besar dan tidak ada pembeli di harga ARB, maka saham “terkunci” di posisi bawah — sering disebut nyangkut di ARB.
Fenomena ARB berturut-turut berarti harga saham terus tertekan setiap hari tanpa ada rebound signifikan. Ini biasanya menjadi tanda adanya aksi jual besar-besaran dari pihak tertentu, entah karena faktor fundamental, kepanikan, atau strategi distribusi saham.
Untuk memahami siapa yang berada di balik fluktuasi ekstrem ini, kita perlu menelisik struktur kepemilikan dan siapa pengendali utama saham DADA.
Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Karya Permata Inovasi Indonesia tercatat sebagai pemegang saham pengendali DADA dengan kepemilikan lebih dari 5%. Hingga Juli 2025, Karya Permata memiliki sekitar 4,92 miliar lembar saham, atau setara dengan 66,23% dari total saham beredar.
Selain itu, terdapat pemegang saham individu seperti Tjandra Tjokrodiponto yang memiliki sekitar 35 juta saham (0,47%), serta publik yang menguasai sekitar 33,3%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengendali utama saham DADA adalah PT Karya Permata Inovasi Indonesia.
Aksi Pengendali: Penjualan Saham Besar-Besaran
Menariknya, Karya Permata selaku pengendali diketahui beberapa kali melakukan aksi jual saham dalam jumlah besar.
Pada periode 1–13 Agustus 2025, pengendali melepas hampir 490 juta lembar saham DADA melalui sejumlah transaksi. Sebelumnya, mereka juga tercatat menjual sebagian saham pada harga rendah, seperti di level Rp9 per lembar.
Aksi jual besar-besaran ini menimbulkan pertanyaan di kalangan pelaku pasar. Dalam beberapa laporan, disebutkan bahwa pengendali terus mengurangi porsi kepemilikannya hingga tersisa sekitar 56–58%.
Meskipun masih menjadi pemegang saham mayoritas, langkah ini menandakan adanya strategi tertentu di balik aksi jual tersebut, yang mungkin turut berperan dalam tekanan harga saham DADA di bursa.
Alasan Potensial dan Dugaan Manipulasi
Mengapa saham DADA bisa ARB empat hari berturut-turut, dan apa hubungannya dengan para pemiliknya?
Indikasi Skema Pump and Dump
Beberapa analis menilai bahwa pergerakan saham DADA menunjukkan pola seperti praktik pump and dump yaitu ketika harga saham sengaja didorong naik dengan sentimen positif atau isu tertentu, kemudian dilepas oleh pihak pengendali saat harga tinggi, meninggalkan investor ritel dalam posisi rugi.
Pola ini sering muncul pada saham berkapitalisasi kecil dengan likuiditas terbatas. Ketika aksi jual besar terjadi, harga langsung jatuh karena pasar tidak mampu menyerap penawaran dalam jumlah besar.
Aksi Jual yang Terjadwal
Transaksi penjualan yang dilakukan pengendali secara berkala juga menimbulkan kecurigaan adanya strategi terencana. Dalam beberapa kesempatan, Karya Permata melakukan pelepasan saham bertepatan dengan periode kenaikan harga yang cepat, kemudian harga justru ambruk beberapa hari setelahnya.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa aksi pengendali berperan besar dalam menimbulkan tekanan jual yang berujung pada ARB beruntun.
Risiko Likuiditas dan Sentimen Pasar
Saham seperti DADA dikenal memiliki likuiditas rendah, artinya volume perdagangan harian relatif kecil. Ketika pemegang saham besar melakukan aksi jual masif, order jual dapat menumpuk dan membuat harga langsung menyentuh batas ARB.
Selain itu, rumor-rumor seputar masuknya investor asing — misalnya kabar kerja sama dengan perusahaan Jepang — sempat memicu optimisme palsu di pasar. Setelah rumor itu mereda, banyak investor ritel yang akhirnya terjebak di harga tinggi sementara pengendali sudah melepas sahamnya.
Siapa pemilik saham DADA yang ARB 4 hari berturut-turut? Jawabannya adalah PT Karya Permata Inovasi Indonesia, sebagai pengendali utama yang menguasai lebih dari separuh saham perusahaan.Namun, aksi jual besar-besaran yang dilakukan pengendali dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan adanya dinamika yang perlu diwaspadai investor. Fenomena ARB empat kali berturut-turut kemungkinan dipicu oleh kombinasi aksi jual pengendali, spekulasi pasar, serta rendahnya likuiditas saham.
Editor: Komaruddin Bagja