Transaksi Nontunai di Jalan Tol, BI Sebut Masih Ada Masalah
JAKARTA, iNews.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan, sampai saat ini penerapan transaksi pembayaran nontunai di jalan tol telah mencapai 98 persen di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek sudah mencapai 100 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI), Enny Panggabean mengatakan, meski bisa dikatakan sukses, namun masih banyak yang harus dibenahi. Contohnya saja di daerah-daerah luar Jawa, perlunya diadakan sosialisasi karena masih ada 2 persen yang masih butuh untuk digenapkan.
Permasalahan yang paling sering terjadi misalnya saat kehabisan saldo. Konsumen masih ada yang meminta petugas untuk mengisi dan banyak juga yang lupa membawa uang elektroniknya.
"Di luar Jawa kami kasih edukasi mereka banyak yang sampai di tol ternyata saldo abis dan mereka ingin ke petugasnya karena belum terbiasa," katanya dalam seminar nasional di BI, Jakarta, Senin (18/12/2017).
Meski demikian, ia berharap pencapaian tersebut terus meningkat di tahun depan mengingat pemerintah dan BI terus mendorong upaya transaksi nontunai. "Kita harapkan tahun depan pencapain bisa full 100 persen," tuturnya.
Di samping itu, pihaknya juga berharap Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) nantinya menjadi kemudahan bertransaksi dalam satu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun Elektronic Data Capture (EDC). "Dengan adanya intekoneksi dan interoperabilitas akan mudahkan pengguna mereka nyaman dengan satu EDC alat ATM transaksi nontunai," tuturnya.
Sejak 31 Oktober kemarin pelaksanaan transaksi nontunai di jalan tol sudah mulai diberlakukan. Selama itu juga masyarakat tak lagi menggunakan uang cash saat bertransaksi di jalan tol. Upaya ini diharapkan dapat mendorong masyarakat dalam menggunakan transaksi nontunai. Selain itu juga, ini sebagai awal mula konsumen melakukan transaksi di bank.
"Elektronifikasi jalan tol kerja sama dengan PUPR uang elektronik jalan tol ini merupakan pintu awal berbank karena akan mempermudah transaksi mereka," kata dia.
Ia melanjutkan, kebijakan ini memberikan peningkatan terhadap pembukaan rekening baru. Sebab, hal tersebut dilakukan konsumen untuk mempermudah alternatif transaksi nontunainya.
"Mereka biasanya punya sifat loyal mudah-mudahan dengan uang elektronik untuk topup tapi kemudian buka rekening tabungan dan lainnya untuk topup," ucapnya.
Editor: Ranto Rajagukguk