Wall Street Ditutup Melemah di Akhir 2022, Penurunan Terbesar sejak Krisis 2008
NEW YORK, iNews.id - Indeks Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Jumat (30/12/2022) waktu setempat sekaligus menandai tekanan pada hari terakhir perdagangan 2022. Penurunan tahunan untuk ketiga indeks ini merupakan yang terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 0,22 persen menjadi 33.147,25, S&P 500 (SPX) kehilangan 0,25 persen di 3.839,50, dan Nasdaq Composite (IXIC) merosot 0,11 persen menjadi 10.466,48.
Tiga top gainers yang menginduk SPX antara lain Take-Two menguat 2,75 persen di 104,13 dolar AS, Las Vegas Sands tumbuh 2,10 persen di 48,07 dolar AS, dan Under Armour A naik 2,01 persen di 10,16 dolar AS. Sedangkan, tiga top losers SPX yakni Charles River Laboratories terpuruk 2,53 persen di 217,90 dolar AS, Etsy Inc melemah 2,36 persen di 119,78 dolar AS, dan Atmos Energy turun 2,11 persen di 112,07 dolar AS.
Penurunan ini terjadi dipicu kekhawatiran pasar terhadap laju suku bunga yang akhirnya melahirkan kebutuhan likuiditas di akhir tahun. Sentimen utama inflasi, tensi geopolitik, hingga ancaman risiko resesi global masih membayangi pasar, yang pada akhirnya mengusir 'Santa Claus Rally'.
Secara historis, benchmark S&P 500 (SPX) telah turun 19,4 persen tahun ini, atau setara 8 triliun dolar AS. Nasdaq (IXIC) -sebagai indeks perusahaan teknologi- turun 33,1 persen, sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJI) keok 8,9 persen, dilansir dari Reuters, Sabtu (31/12/2022).
"Alasan makro utama, berasal dari kombinasi peristiwa gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung yang dimulai pada tahun 2020, lonjakan inflasi, hingga keterlambatan The Fed memulai program pengetatan suku bunga dalam upaya untuk menahan inflasi," ujar Analis CFRA Research, Sam Stovall.
Pada momen libur natal dan tahun baru ini, para pelaku pasar Wall Street tengah fokus dalam memantau ketahanan ekonomi AS dan prospek kinerja perusahaan pada awal 2023 di tengah risiko resesi.
Indikator Fedwatch menunjukkan ada peluang sebesar 65 persen terhadap kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Februari mendatang. Adapun proyeksi puncak suku bunga diprediksi terjadi pada pertengahan 2023 sebesar 4,97 persen.
Editor: Aditya Pratama