JAKARTA, iNews.id - Praktisi perencana keuangan Rina Dewi Lina mengingatkan banyak korban investasi bodong dan fintech ilegal yang terjerat akibat bujukan kerabat keluarga. Dengan begitu walaupun seseorang memiliki pendidikan bagus tetap bisa menjadi korban.
"Banyak klien saya pensiunan yang butuh pemasukan yang sama dengan saat kerja. Akhirnya datang kerabatnya menawarkan investasi dan fintech ilegal. Mereka juga sama-sama tidak paham produk investasi ilegal seperti apa ciri-cirinya. Karena yang dipikirkannya adalah mendapatkan untung tinggi dengan cepat," ujar Rina dalam webinar di Jakarta (13/4/2021).
Produksi Migas PHE Capai 1,03 Juta Barel per Hari hingga September 2025
Karena itu, dia mengingatkan aturan dasar dalam berinvestasi adalah terencana dan memiliki pengetahuan. Bahaya bila tidak terencana adalah suka ikut-ikutan melihat tren investasi yang lagi naik daun.
"Contohnya emas saat pandemi sempat booming akhirnya banyak yang ikut beli emas. Ternyata sekarang harganya sudah turun. Banyak yang ikutan karena berinvestasi tanpa rencana. Mereka jadi lupa risiko untuk dirinya yang bisa ditanggung," katanya.
Video Puluhan Anggota Polisi Jadi Korban Investasi Bodong di Banda Aceh
Sementara Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Imam B Prasodjo mengatakan, dibutuhkan strategi pemetaan untuk menciptakan komunitas digital yang kuat dalam menangkal jeratan fintech dan investasi ilegal. Pasalnya, masyarakat Indonesia sangat beragam dari segi kultur, tingkat pendidikan dan bahkan dari akses teknologi.
"Sehingga akan menjadi sangat mubazir kalau seandainya kita tidak punya strategi yang jitu untuk memetakan wilayah-wilayah ataupun komunitas-komunitas yang paling rentan dalam kaitan dengan menghadapi kemungkinan-kemungkinan penipuan melalui fintech ini. Di saat yang sama kita juga perlu mengidentifikasi siapa yang bisa menjadi champion-champion, pelindung kita di dalam masyarakat,” ucap Imam dalam kesempatan sama.
Dia juga menjelaskan, kalangan milenial umumnya memiliki tingkat literasi digital paling baik diantara yang lainnya. Maka, sudah selayaknya generasi ini digandeng oleh pemerintah untuk menjadi pelindung masyarakat dari jeratan fintech dan investasi ilegal.
“Namun tidak semua dari generasi ini (milenial) yang mampu untuk menjadi pendorong dan protektor di dalam gejolak yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, harus dipetakan mana yang champion-champion di antara generasi milenial ini. Tanpa ada pemetaan, kita akan kehilangan pasukan yang bisa dijadikan andalan,” tuturnya.
Di samping itu, dia juga menekankan perlunya niat dan integritas yang baik di kalangan generasi milenial yang terpilih ini. Pasalnya, bila tidak, maka yang tak berintegritas dan berniat buruklah yang akan berjejaring untuk berbuat curang melalui teknologi di masyarakat.
Editor: Ranto Rajagukguk
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku