Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bos BI Lapor ke DPR Rupiah Menguat ke Rp16.400 per Dolar AS usai Demo
Advertisement . Scroll to see content

5 Tahun Menjabat, Ini Kilas Balik Agus Marto sebagai Gubernur BI

Selasa, 22 Mei 2018 - 13:50:00 WIB
5 Tahun Menjabat, Ini Kilas Balik Agus Marto sebagai Gubernur BI
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. (Foto: Okezone)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Agus Martowardojo akan melepas jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia untuk masa bakti 2013-2018. Sejak 26 Maret 2013 disetujui oleh Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI, tugasnya berakhir pada 23 Mei 2018.

Agus Marto hari ini memaparkan beberapa kilas balik yang dilakukannya selama lima tahun menjabat ke Komisi XI DPR RI. "Pencapaian BI selama lima tahun terakhir juga menjadi paparan akuntabilitas pelaksanaan tugas kami jadi gubernur BI periode 2013-2018," ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Perjalanan tugas dimulai pada 2013, di mana dihadapkan dengan perekonomian yang cukup sulit selang dua hari setelah pelantikan. Saat itu bank sentral Amerika Serikat (AS) memberikan sinyal akan mengurangi stimulus moneter.

"Kita sama-sama tahu dari 2009-2013 AS memberikan policy quantitative easing yaitu kebijakan moneter longgar sehingga tingkat bunga di AS bisa dikatakan antara 0-0,25 persen itu selama lebih dari tujuh tahun," kata dia.

Sejak saat itu mulai dari Mei-Agustus 2013, aliran modal portofolio asing terus berlangsung dengan intensitas yang tinggi sehingga memberikan tekanan yang kuat pada nilai tukar rupiah. Taper tantrum ini memberikan dampak global berupa pembalikan dana dari negara-negara berkembang ke AS sehingga nilai tukar dan pasar keuangan di negara berkembang melemah.

"Namun kami mencermati bahwa situasi global dan tantangan eksternal sebenarnya terjadi lebih dari itu, perekonomian global di 2013 diselimuti ketidakpastian yang jadi lebih tinggi pascakrisis di 2008 dan 2009," tuturnya.

Hal tersebut terlihat dari harga komoditas utama dunia yang tadinya tinggi pada 2001-2011, sudah mulai turun. Selain bersumber dari kondisi global, tantangan yang dihadapi BI juga dari dalam negeri. Kondisi ekonomi domestik yang dihadapi BI pada tahun 2013 adalah inflasi yang tinggi dibanding negara kawasan.

"Inflasi kita di 2013 adala 8,38 persen, di 2014 juga di kisaran 8,3 persen, tapi terkahir ini inflasi kita tiga tahun terakhir ada di kisaran 3 persen. Jadi Kita sudah bisa kelola inflasi kita dengan baik," ucapnya.

Kemudian di masa kepemimpinannya, BI juga mampu memperbaiki defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Pada tahun 2012 mulai ada defisit di kisaran 2,69 persen, 3,2 persen dan 3,12 persen di 2013-2014, tapi di kuartal kedua 2013-2014 defisit transaksi berjalan di atas 4 persen.

"Sekarang kita berupaya perbaikan bersama pemerintah dan dukungan DPR di 2016-2017 transakisi berjalan meski masih defisit tapi sehat di kisaran 1,7 sampai 1,71 persen," kata dia.

Langkah tidak populer juga harus dilakukan BI di 2013, ketika tingkat bunga 5,75 persen harus dinaikkan menjadi 7,5 persen dan di November 2014 menjadi 7,75 persen. Hal ini dilakukan BI untuk menjaga stabilitas karena pada saat itu dana asing keluar dari Indonesia secara masif sehingga nilai tukar rupiah tertekan secara tajam.

"Kami bersyukur bahwa langkah-langkah tersebut efektif dan membawa stabilitas pada perekonomian Indonesia sejalan dengan upaya stabilitas yang dilakukan," ujarnya.

Saat ini berkat upayanya menjabat Gubernur BI selama lima tahun terakhir, indikator-indikator perekonomian mulai menunjukkan perbaikan dan mengarah ke fundamental perekonomian yang lebih berkualitas.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut