Agustus 2020, PMI Manufaktur Indonesia Mulai Ekspansif
JAKARTA, iNews.id - IHS Markit, lembaga konsultan asal Inggris, mencatat Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia naik dari 46,9 pada Juli menjadi 50,8 pada Agustus. Untuk pertama kali sejak pandemi, PMI Indonesia masuk kategori ekspansif.
Poin PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha atau ekspansif. Data PMI rata-rata (48,8) sejauh ini pada kuartal III mengisyaratkan gambaran manufaktur yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal II
Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan, untuk pertama kalinya sejak Februari, perusahaan manufaktur Indonesia melaporkan perbaikan kondisi bisnis. Dengan pertumbuhan output pada tingkat tercepat selama lebih dari enam tahun karena bisnis terus menyesuaikan diri dengan melonggarnya pembatasan Covid-19.
"Permintaan juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitan kembali, membantu mengurangi laju kehilangan pekerjaan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (1/9/2020).
Menurut dia, kepercayaan bisnis meningkat sejak bulan Juli. Oleh karena itu, data terbaru mengisyaratkan bahwa ekonomi akan bangkit lebih kuat setelah jatuh pada triwulan kedua. Namun, indikator survei lain seperti penumpukan pekerjaan dan ketenagakerjaan terus memperingatkan tentang risiko penurunan prospek.
Kekhawatirannya adalah bahwa pemulihan tersebut utamanya berasal dari permintaan yang tertahan oleh tindakan lockdown dan bisa goyah setelah kebangkitan awal.
"Oleh karena itu, permintaan harus terus membaik dalam beberapa bulan ke depan, tetapi hal yang ditakutkan adalah meningkatnya pengangguran dan kebutuhan berkelanjutan untuk mempertahankan social distancing dapat merusak pemulihan," tuturnya.
Pendorong kenaikan angka PMI adalah pertumbuhan yang solid baik volume produksi maupun arus masuk pesanan baru pada bulan Agustus, karena pengoperasian bisnis terus membaik di tengah pelonggaran pembatasan Covid-19.
Output dan permintaan baru naik pada kisaran tercepat hanya dalam waktu enam bulan. Perusahaan pada umumnya menyatakan output dan pertumbuhan penjualan yang kuat berasal dari pembukaan kembali ekonomi secara bertahap.
"Data yang mendasari menunjukkan peningkatan permintaan klien terutama didorong oleh pasar domestik, dengan permintaan eksternal masih tetap lemah. Pesanan ekspor baru turun tajam lagi pada Agustus," katanya.
Kendati demikian, kenaikan produksi gagal memberikan tekanan yang lebih besar pada kapasitas. Sebaliknya, tingkat penumpukan kerja semakin turun, menandakan bahwa keluangan kapasitas masih bertahan di seluruh sektor dan pada gilirannya menyebabkan penurunan lebih lanjut pada jumlah staf meski jumlahnya menurun sejak Juli.
Editor: Rahmat Fiansyah