Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Telur hingga Daging Ayam Ras Jadi Penyumbang Utama Inflasi Oktober 2025
Advertisement . Scroll to see content

Bank Sentral Rusia Kerek Suku Bunga Jadi 16 Persen, Ini Alasannya

Minggu, 17 Desember 2023 - 06:26:00 WIB
Bank Sentral Rusia Kerek Suku Bunga Jadi 16 Persen, Ini Alasannya
Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 bps menjadi 16 persen, menjadi yang kelima secara berturut-turut. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id - Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 16 persen pada hari Jumat. Kenaikan ini menjadi yang kelima secara berturut-turut sebagai respons terhadap inflasi yang membandel dan menyatakan bahwa siklus pengetatan kini hampir selesai.

Mengutip Reuters, bank sentral telah mengerek suku bunga sebesar 850 basis poin sejak bulan Juli, termasuk kenaikan darurat pada bulan Agustus setelah Kremlin menyerukan kebijakan moneter yang lebih ketat ketika nilai tukar rubel jatuh melewati angka 100 terhadap dolar. Sejak saat itu, nilai tukar mata uang telah pulih menjadi lebih dari 90.

Bank sentral Rusia menyebut, risiko pro-inflasi dalam jangka menengah tetap besar dan memperingatkan bahwa menstabilkan inflasi mendekati target 4 persen akan memerlukan suku bunga yang tinggi untuk jangka waktu yang lama. Pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi dari perkiraan juga akan meningkatkan risiko inflasi.

Gubernur Bank sentral Rusia Elvira Nabiullina menjelaskan, kenaikan sebesar 100 bps dan mempertahankan suku bunga adalah satu-satunya pilihan yang dipertimbangkan secara substansial, namun ada usulan tersendiri untuk kenaikan yang lebih tajam.

“Berdasarkan skenario dasar kami, kami hampir mencapai akhir siklus kenaikan suku bunga, namun dalam banyak hal semuanya akan bergantung pada situasi,” ujar Nabiullina dikutip, Minggu (17/12/2023).

Adapun, siklus pengetatan bank sentral dimulai pada musim panas ini ketika tekanan inflasi dari pasar tenaga kerja yang ketat, permintaan konsumen yang kuat, dan defisit anggaran pemerintah diperparah dengan jatuhnya nilai tukar rubel.

Bank sentral menyampaikan, kondisi pasar tenaga kerja merupakan kendala utama pada sisi pasokan pada perekonomian Rusia, yang dikatakan masih mengalami kekurangan tenaga kerja yang signifikan, terutama di bidang manufaktur.

"Sanksi dan perlambatan ekonomi global adalah risiko eksternal utama, begitu pula ketergantungan Rusia pada pendapatan minyak dan gas," ucap Nabiullina.

Namun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melampaui perkiraan sebelumnya dan melebihi 3 persen tahun ini, didorong oleh permintaan domestik yang didorong oleh kenaikan pinjaman dan upah.

Pemulihan ekonomi Rusia merupakan dorongan yang disambut baik oleh Presiden Vladimir Putin saat dia mencalonkan diri kembali sebagai presiden pada bulan Maret, dengan banyak tantangan ekonomi yang dihadapinya. Keberhasilan Moskow dalam menghindari pembatasan harga minyak di negara-negara Barat membuat tantangan-tantangan tersebut jauh lebih dapat diatasi.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut