Bappenas Beberkan 3 Masalah Utama dalam Pengembangan Sektor Industri
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah menargetkan sektor industri nasional tumbuh dalam rentang 5,1-5,6 persen dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019. Untuk mencapai target tersebut dan mendorong industri nasional ke arah yang lebih maju, pemerintah akan fokus pada beberapa isu strategis, yakni nilai tambah manufaktur, iklim usaha, produktivitas, kandungan teknologi, dan ekspor produk manufaktur.
"Strategi pengembangan industri nasional tersebut menjadi modal dasar dalam mencapai target visi pembangunan Indonesia tahun 2045 sebagai negara dengan tingkat pendapatan tinggi. Sektor industri diharapkan menjadi penggerak utama perekonomian nasional dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 7,8 persen per tahun dan kontribusi terhadap perekonomian sebesar 32 persen," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Bambang menjelaskan, pengembangan industri nasional diarahkan untuk memecahkan tiga masalah utama. Pertama, stagnasi produktivitas tenaga kerja industri. Kedua, daya saing industri nasional. Ketiga, ekspor produk manufaktur Indonesia didominasi produk teknologi rendah.
Rendahnya proporsi ekspor dengan kandungan teknologi tinggi mengindikasikan Indonesia belum berpartisipasi optimal dalam rantai nilai global. Saat ini karakteristik produk ekspor Indonesia bersifat homogen, dan tertinggal dalam mengembangkan produk baru di bidang manufaktur. Produk ekspor Indonesia terkonsentrasi pada produk hasil komoditi dan barang pertambangan, seperti batubara, CPO, dan karet, dengan sedikit kontribusi dari ekspor barang permesinan.
"Sementara, Thailand dan Malaysia memiliki karakteristik produk ekspor yang lebih heterogen dan berada dalam posisi yang lebih baik dalam menangkap perubahan konsumsi global, mendorong nilai tambah yang tinggi, serta lebih kuat dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas," tuturnya.
Untuk itu, dia mendorong upaya untuk meningkatkan keragaman dan kompleksitas produk ekspor Indonesia agar mampu bersaing di pasar global. Kajian empiris membuktikan tingkat kompleksitas dan keragaman produk ekspor suatu negara memiliki korelasi positif dengan tingkat pendapatan per kapita suatu negara.
Berdasarkan data Atlas of Economic Complexity yang diterbitkan Harvard University menunjukkan produk yang diekspor lndonesia memiliki ragam yang terbatas, didominasi produk comodity-based, dan memiliki kaitan yang terbatas dengan sektor-sektor lain. Hal ini membuat lndonesia belum mampu menghasilkan produk baru dengan teknologi yang leblh tinggi.
Produk ekspor lndonesia masih terbatas untuk ekspor tekstil, hasil perkebunan dan kayu, serta produk kimia. Untuk menjadi industri maju dan dapat bersaing di pasar global, kita perlu meningkatkan kemampuan know-how dari sektor industri nasional. "Kita harus mengidentifikasi jalur tercepat meningkatkan kemampuan, baik melalui kebijakan industri yang tepat maupun dengan fokus pada beberapa produk strategis yang dapat memberikan daya ungkit paling tinggi pada perekonomian nasional. Kapasitas manufaktur lokal juga perlu dikembangkan untuk menghasilkan produk ekspor dengan kompleksitas dan nilai tambah yang tinggi," ujarnya.
Editor: Ranto Rajagukguk