Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Amerika Serikat Serang Iran, Netanyahu: Mengubah Sejarah!
Advertisement . Scroll to see content

Batasi Impor Baja dan Alumunium, AS Bakal Picu Proteksionisme Baru

Minggu, 18 Februari 2018 - 15:05:00 WIB
Batasi Impor Baja dan Alumunium, AS Bakal Picu Proteksionisme Baru
Presiden AS Donald Trump (Foto: Getty Images)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Rencana pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membatasi impor baja dan aluminium ditentang oleh oposisi domestik dan masyarakat internasional.

Mengutip Xinhua, Minggu (18/2/2018), Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat meluncurkan rekomendasinya kepada Presiden Donald Trump untuk membatasi impor produk baja dan aluminium. Badan tersebut menemukan bahwa jumlah impor baja dan aluminium mengancam dan mengganggu keamanan nasional. Hal itu sesuai dengan Undang-undang Perluasan Perdagangan tahun 1962 pada bagian 232.

Adapun rekomendasi yang disiapkan untuk presiden mencakup penerapan tarif untuk semua negara, kuota, serta tarif tinggi yang ditargetkan di negara tertentu, termasuk China. Setelah publikasi itu, National Tooling and Machining Association dan Precision Metalforming Association mengeluarkan sebuah pernyataan bersama dan memprediksi kebijakan tersebut merusak industri hilir.

"Rekomendasi oleh Departemen Perdagangan untuk memberlakukan tarif baja yang curam akan menghancurkan produsen industri baja kelas menengah AS yang mempekerjakan 6,5 juta orang Amerika, dibandingkan dengan 80.000 pekerja yang dipekerjakan oleh industri baja dalam negeri," kata pernyataan tersebut.

Dalam sebuah pertemuan dengan Trump pekan ini, banyak anggota parlemen AS juga menyuarakan keprihatinan mengenai pembatasan perdagangan impor baja dan aluminium karena akan menaikkan biaya ke konsumen dan mengundang pembalasan dari negara lain.

Para ahli juga mengatakan, sejarah telah menunjukkan bahwa tindakan proteksi perdagangan AS sering terbukti sebagai kegagalan. Keputusan pemerintah Obama untuk mengenakan tarif pengamanan pada ban China pada tahun 2009, untuk sementara membantu menyelamatkan 1.200 pekerjaan di industri ban AS.

Namun, hal itu dibayar dengan biaya 900.000 dolar AS per pekerjaan karena kenaikan harga, menurut sebuah studi oleh Peterson Institute for International Economics . "Proteksionisme perdagangan Amerika bahkan dalam periode yang paling sering disebut sebagai keberhasilan, tidak hanya telah menimbulkan biaya ekonomi yang sangat besar pada konsumen Amerika dan ekonomi yang lebih luas, namun juga telah gagal mencapai tujuan kebijakan utamanya dan mendorong disfungsi politik di sepanjang jalan," kata Scott Lincicome, seorang pengacara perdagangan internasional dan profesor tamu di Duke University.

"Tarif baja yan memberatkan akan melemahkan Amerika Serikat baik secara ekonomi maupun strategis," kata Clark Packard, manajer kebijakan perdagangan di think tank yang berbasis di Washington R Street Institute.

Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross mengakui, jika pembatasan impor berlaku, AS mungkin menghadapi tantangan hukum di Organisasi Perdagangan Dunia atau pembalasan perdagangan dari negara lain. Kepala perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmstrom mengatakan, UE akan melakukan tindakan pembalasan jika aksi proteksionisme Trump merusak pabrik baja Eropa. Berkenaan dengan potensi kerusakan pada ekspor China, David Dollar, seorang senior di Institusi Brookings, mengatakan, ada banyak rantai nilai yang melibatkan produksi baik di AS dan China.

"Jika Anda mulai mengganggu rantai nilai tersebut, itu akan berdampak besar terhadap ekonomi AS," kata Dollar.

Dia juga mengharapkan, pemangku kepentingan di AS yang mendapatkan keuntungan dari hubungan ekonomi bilateral akan mendesak pemerintahan Trump untuk menyusun kebijakan yang lebih rasional terhadap China.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut