BI Gelar RDG ke-2 Bulan Ini, Indef: Pelemahan Rupiah Sudah Emergency
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan pada 30 Mei besok. RDG ini akan membahas kondisi ekonomi dan moneter serta prospek ke depannya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, pelaksanaan RDG itu karena BI merasa pelemahan rupiah sudah dalam tahap darurat. Oleh karenanya, BI akan melakukan penguatan sinyal ke pasar dalam RDG tersebut.
"Itu betul bahwa pelemahan nilai tukar rupiah sudah emergency makannya BI ingin lakukan rapat tambahan," ucapnya saat dihubungi iNews.id, Minggu (27/05/2018).
Upaya penguatan sinyal ini dilakukan agar pasar yakin bahwa BI akan menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai cara. Salah satunya melalui kelanjutan intervensi cadangan devisa, bauran kebijakan moneter, dan peningkatan koordinasi dengan pemerintah.
Bahkan, lanjutnya, jika dibutuhkan BI bisa melakukan swap arrangement untuk menambah cadangan devisa dengan bank sentral negara. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2018 tercatat 126,00 miliar dolar AS, masih cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2018 sebesar 128,06 miliar dolar AS.
"Fokus stabilisasi nilai tukar ditempuh melalui kelanjutan intervensi cadangan devisa, bauran kebijakan moneter, dan peningkatan koordinasi dengan pemerintah," ujarnya.
Berdasarkan proyeksinya, BI masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,5 persen. Sebab, BI masih melihat hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terkait potensi kenaikan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
Rapat FOMC ini akan berlangsung pada 12-13 Juni 2018. Dengan demikian, kemungkinan BI akan bereaksi dengan menaikkan bunga acuan 25 bps di RDG setelah pengumuman The Fed tersebut.
"Proyeksinya bunga acuan tetap 4,5 persen di Mei ini. Gubernur BI yang baru tidak akan ambil langkah yang terlalu berani pasca dilantik," tuturnya.
Ia juga melihat, Gubernur BI yang baru, Perry Warjiyo yang fokus untuk melonggarkan Loan to Value (LTV) DP kredit properti. Hal ini juga untuk membangun kepercayaan pasar terhadap Indonesia. "Jika uang muka kredit semakin murah harapannya kredit akan bergairah dan tidak terkena dampak kenaikan bunga acuan BI," kata Bhima.
Editor: Ranto Rajagukguk