BI Sebut Kinerja Perdagangan Positif, Neraca Perdagangan 2020 Surplus 20 Miliar Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) menilai kinerja perdagangan Indonesia pada tahun lalu cukup baik. Neraca perdagangan pada 2020 surplus hampir 20 miliar dolar AS.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, kinerja tersebut sangat positif dampaknya bagi cadangan devisa. Bank sentral akan terus berkoordinasi dengan pemerintah sebagai antisipasi di tengah kondisi yang penuh tantangan.
"Bank Indonesia selalu kompak bersinergi dengan Pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan. Kita ingin agar kita bisa melakukan mitigasi dalam bidang ekonomi dengan baik. Terima kasih Pak Wamen (Wamendag) atas support-nya selama ini," katanya, Sabtu (9/1/2021).
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga mengatakan, pemerintah akan meningkatkan koordinasi dengan BI. Pada tahun ini, ekonomi diprediksi membaik sehingga harus dimanfaatkan dengan optimal.
Dia mengatakan, Kemendag akan memperluas pasar ekspor ke berbagai negara sasaran. Selain itu, peningkatan kinerja perdagangan dalam negeri juga akan dilakukan dengan berbagai macam program.
“Perdagangan domestik harus tetap berjalan meski pandemi belum selesai. Kami telah mengajak berbagai lembaga keuangan baik bank maupun nonbank untuk digitalisasi pasar. Kami juga meluncurkan warehouse management system agar sistem logistik nasional makin baik. Dengan demikian, ekonomi masyarakat akan terus bergerak dan kebutuhan mereka terpenuhi dengan baik.” kata Wamendag.
Menurutnya, langkah-langkah tersebut selaras dengan apa yang diinginkan Presiden Joko Widodo untuk memulihkan ekonomi. Apalagi, vaksinasi Covid-19 segera dilakukan, sehingga diharapkan Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi.
Wamendag yakin jumlah vaksin nantinya kebutuhan semua warga negara yang diprediksi mencapai 329 juta dosis. Untuk itu, pemerintah telah bekerja sama dengan Sinovac, Pfizer, AstraZaneca dan berbagai perusahaan penyediaan vaksin lainnya.
“Seiring dengan itu, kita ingin iklim perdagangan dan ekonomi membaik. Untuk itu kita perlu kestabilan moneter agar iklim investasi dan kegiatan perdagangan bisa meningkat," ucapnya.
Editor: Rahmat Fiansyah