Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BPS: Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,46 Juta Orang per Agustus 2025
Advertisement . Scroll to see content

BPS Didesak Ubah Metodologi Penghitungan Inflasi

Rabu, 31 Januari 2018 - 15:08:00 WIB
BPS Didesak Ubah Metodologi Penghitungan Inflasi
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Badan Pusat Statistik (BPS) didesak untuk mengubah metodologi penghitungan tingkat inflasi. Pasalnya, pola penghitungan yang ada saat ini belum memasukkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dalam indikator penyumbang inflasi.

Head of Research Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih menuturkan, BBM yang masyarakat konsumsi mayoritasnya adalah jenis Pertalite. Sekalipun ada yang mengonsumsi BBM jenis Premium jumlahnya sangat kecil.

Konsumsi Premium yang kecil itu juga karena produk tersebut hampir hilang dari pasaran sehingga masyarakat harus mencoba beralih ke BBM yang lebih mahal, yakni Pertalite. “Jadi harga energi yang ditonjolkan tidak semestinya, Pertamax iya masuk tapi kecil (bobotnya) karena Premium yang dianggap paling besar dan paling banyak dikonsumsi rumah tangga, padahal sekarang sulit dicari,” ujar Lana di Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Dia menambahkan, dengan perubahan kondisi itu, sudah sepatutnya metodologi penghitungan inflasi diubah. Bila tak direvisi, data inflasi yang kerap dirilis tidak merepresentasi kondisi dan realita di lapangan.

“Di dalam metodologinya dan bobotnya, jadi harus ada perubahan tahun dasar dengan memasukan beberapa barang yang dikonsumsi yang baru, itu harus ada perubahannya tahun dasar maupun bobot, saya kira ini belum dilakukan oleh BPS,” ujar Lana.

Hingga kini dalam metodologinya, BPS baru memasukkan produk BBM jenis Premium dan Pertamax Series. Adapun bobot terbesar penyumbang inflasi adalah BBM jenis premium. Ironisnya BBM beroktan 88 ini sudah mulai langka di pasaran.

Lebih lanjut Lana memperkirakan tingkat inflasi di Januari 2018 akan melebihi proyeksi Bank Indonesia (BI), yang sebesar 0,6 persen. Ia memastikan, dengan kenaikan harga beras yang terjadi belakangan, tingkat inflasi akan mencapai 0,8 persen di Januari 2018.

Biasanya, rata-rata inflasi di bulan Januari secara month to month (mtm) pada tahun 2009-2017 berada di level 0,63 persen. “Nah kemungkinan besar januari ini akan ada kenaikan bisa mencapai 0,7 sampai 0,8 persen karena efek naiknya bahan pangan terutama beras dalam tiga minggu pertama tahun 2018,” ujar Lana.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut